Jumat, 29 Juli 2016

What is Nahjul Balagha ?

What is Nahjul Balagha ?: The Nahj al-balaghah is a collection of sermons, precepts, prayers, epistles and aphorisms of 'Ali ('a) compiled by al-Sayyid a...

Masters Degrees in Language, Linguistics & Cultura In Udayana University

Masters Degrees in Language, Linguistics & Cultural Studies study the narratives, languages and creative products of human societ...

R. GUNTUR MAHARDIKA ~: Masters Degrees in Language, Linguistics & Cultura...

Masters Degrees in Language, Linguistics & Cultura...: Masters Degrees in Language, Linguistics & Cultural Studies study the narratives, languages and creative products of human societ...

R. GUNTUR MAHARDIKA ~: Masters Degrees in Language, Linguistics & Cultura...

Masters Degrees in Language, Linguistics & Cultura...: Masters Degrees in Language, Linguistics & Cultural Studies study the narratives, languages and creative products of human societ...

Masters Degrees in Language, Linguistics & Cultural Studies In Udayana University


Masters Degrees in Language, Linguistics & Cultural Studies study the narratives, languages and creative products of human societies. Postgraduates on these programs develop an advanced understanding of the stories people tell, the cultural materials they create and their significance to the development and self-understanding of different groups across history.
Many programs are taught MA degrees. These allow students to select modules based around specific topics. Other courses award research-based qualifications such as the MRes. They focus on independent project and dissertation work.

Minggu, 17 Juli 2016

Makna Suluk dan Tasawuf

Ilustrasi
Ilustrasi
Suluk berarti memperbaiki akhlak, mensucikan amal, dan menjernihkan pengetahuan. Suluk merupakan aktivitas rutin dalam memakmurkan lahir dan batin. Segenap kesibukan hamba hanya ditujukan kepada Sang Rabb. Bahkan ia selalu disibukkan dengan usaha-usaha menjernihkan hati sebagai persiapan untuk sampai kepada-Nya (wusul).

Ada dua perkara yang dapat merusak usaha seorang salik (pelaku suluk); Pertama, mengikuti selera orang-orang yang mengambil aspek-aspek yang ringan dalam penafsiran. Dan kedua, mengikuti orang-orang sesat yang selalu menurut dengan hawa nafsunya. Barangsiapa yang menyia-nyiakan waktunya, maka ia termasuk orang bodoh. Dan orang yang terlalu mengekang diri dengan waktu maka ia termasuk orang lalai. Sementara orang yang melalaikannya, dia adalah orang-orang lemah.

Keinginan seorang hamba untuk melakukan laku suluk tidak dibenarkan kecuali ketika ia menjadikan Allah SWT dan Rasul-Nya sebagai pengawas hatinya. Siang hari ia selalu puasa dan bibirnya pun diam terkatup tanpa bicara. Sebab terlalu berlebihan dalam hal makan, bicara, dan tidur akan mengakibatkan kerasnya hati. Sementara punggungnya senantiasa terbungkuk rukuk, keningnya pun bersujud, dan matanya sembab berlinangan air mata. Hatinya selalu dirundung kesedihan (karena kehinaan dirinya di hadirat-Nya), dan lisannya tiada henti terus berdzikir.

Dengan kata simpul, seluruh anggota tubuh seorang hamba disibukkan demi untuk melakukan suluk. Suluk dalam hal ini adalah segala yang telah dianjurkan oleh Allah SWT dan Rasul-Nya dan meninggalkan apa yang dibenci olehnya. Melekatkan dirinya dengan sifat wara', meninggalkan segala hawa nafsunya, dan melakukan segala hal yang berkaitan erat dengan perintah-Nya.

Semua itu dilakukan dengan segala kesungguhan hanya karena Allah SWT, bukan sekedar untuk meraih balasan pahala, dan juga diniatkan untuk ibadah bukan hanya sekadar ritual kebiasaan. Karena sesungguhnya orang yang asyik dengan amaliyahnya, tidak lagi memandang bentuk rupa zahir amalan itu, bahkan jiwanya pun telah menjauh dari syahwat keduniaan. Maka satu hal yang benar adalah meninggalkan segala bentuk ikhtiar sekaligus menenangkan diri dalam hilir mudik takdir Tuhan.

Dalam sebuah syair dinyatakan;
Aku ingin menemuinya,
Namun Dia menghendakiku untuk menghindar
Lalu kutanggalkan semua hasratku
Demi apa yang Kau kehendaki


Sirnakan semua makhluk darimu dengan hukum Allah SWT dan binasakan hawa nafsumu atas perintah-Nya. Demikian halnya, tanggalkan seluruh hasratmu demi perbuatan-perbuatan-Nya (af'al). Dengan demikian, maka kau telah mampu menangkap ilmu Allah SWT.

Kebebasanmu dari ketergantungan dengan makhluk ditandai dengan perpisahanmu dengan mereka, kau tidak akan kembali dengan mereka, dan kau pun tidak akan menyesali semua yang ada dalam genggaman mereka. Adapun tanda kebebasanmu dari hawa nafsu adalah dengan tidak memasang harapan yang berlebihan dari semua usahamu, dan tidak pula bergantung dengan urusan kausalitas untuk meraih sebuah kemanfaatan ataupun untuk menghindari kebinasaan.

Maka kau jangan hanya bergulat dengan dirimu sendiri, jangan terlalu percaya diri, jangan mencelakan atau membahayakan dirimu sendiri. Namun pertama-tama yang harus kau lakukan adalah menyerahkan semuanya pada Yang Berhak, agar Dia berkenan memberikan kuasa-Nya kepadamu. Seperti kepasrahanmu kepada-Nya saat kau berada dalam rahim ibumu, atau saat kau masih dalam susuan ibumu.

Sementara tanggalnya seluruh hasrat iradah-mu, lebur dalam iradah-Nya ditandai dengan tidak adanya sifat menghendaki dalam dirimu (murid), dalam hal ini kau hanyalah sebagai obyek yang dikehendaki (murad). Bahkan dalam setiap lakumu ada intervensi aktivitas-Nya maka jadilah kau sebagai obyek yang dikehendaki-Nya.

Adapun aktivitas-Nya menempati semua anggota ragamu, menenteramkan jiwa, melapangkan dada, menyinari wajahmu, dan memeriahkan suasana batinmu. Takdir menjadi nuansa dalam hatimu, azali senantiasa akan menyerumu. Rabb yang Maha Menguasai mengajarimu dengan ilmu-Nya, menyematkan pakaian untukmu dari cahaya hulul, dan memposisikanmu pada derajat generasi orang terdahulu di antara para ulama yang saleh (ulu al-'ilm).

Rabu, 06 Juli 2016

Waktu Makan Sahur dan Berbuka Puasa menurut Al-Qur'an 2: 187

Rasulullah Saw membiasakan di hari-hari tertentu melakukan puasa. Ketika tiba waktunya: dimalam hari seusai petang berbuka puasa, beliau melakukannya dengan makanan sederhana. Biasanya, makanan buka puasa beliau adalah sedikit susu dengan roti gandum atau roti dengan garam. Anas bin Malik, pembantu Rasulullah Saw berkata, "Suatu malam saya menyiapkan sedikit susu untuk buka puasa Rasulullah Saw. Namun malam itu beliau tidak pulang ke rumah untuk berbuka puasa. Karena waktunya berbuka sudah lewat beberapa jam, saya mengira, boleh jadi beliau menerima undangan salah satu sahabatnya dan pergi ke rumah mereka untuk berbuka. Saya juga mengira, susu yang sudah saya siapkan bakal rusak. Akhirnya saya meminumnya. Tidak lama kemudian Rasulullah Saw kembali ke rumah. Kepada orang yang bersama beliau saya bertanya, "Ketika waktunya berbuka puasa Rasulullah ke mana?" Dia menjawab, "Rasulullah Saw tidak ke mana-mana? Urusan beliau agak lama, beliau tidak sempat berbuka puasa." "Saya menyesali tindakanku dan merasa malu. Karena di dalam rumah tidak ada makanan lagi, aku berbikir bagaimana jika Rasulullah Saw menanyakan makanannya untuk berbuka? Apa yang harus aku katakan? Namun sepertinya Rasulullah tahu apa yang telah terjadi. Beliau tidak menanyakannya kepadaku dan selama saya mengabdi di rumahnya, beliau tidak pernah membicarakan masalah ini," ungkap Anas.