SKEPTISISME
Skeptisisme merupakan suatu bentuk aliran yang perlu untuk dikenal dan diperhatikan secara seksama, karena skeptisisme adalah satu-satunya aliran yang secara radikal dan fundamental tidak mengakui adanya kepastian dan kebenaran itu, atau sekurang-kurangya skeptisisme menyangsikan secara mendasar kemampuan pikiran manusia untuk memperoleh kepastian dan kebenaran pengetahuan. Meragukan klaim kebenaran atau menangguhkan persetujuan atau penolakan terhadapnya berarti bersikap skeptis.
Oleh Richard H. Popkin di dalam Routledge Encyclopedia of Philosophy, dijelaskan bahwa sebetulnya skeptisisme memiliki akar yang panjang dalam sejarah. Menurutnya, sudah sejak jaman Yunani Kuno dan Romawi Kuno, teks-teks Sextus Empiricus, Cicero, dan Diogenes sudah memuat argumen-argumen skeptisisme. Sextus Empiricus menuliskan secara lengkap aliran pertama skeptisisme Yunani Kuno yakni Skeptisisme Pyrrhonian, yang didirikan oleh Pyrrho dari Elis yang hidup sekitar tahun 361-270 SM. Tujuan aliran ini adalah ketenangan hidup yang berasal dari penangguhan penilaian. Adapun Cicero melalui Cicero Academica menuliskan aliran kedua skeptisisme yang dimulai oleh Arcesilaus pada tahun 200 SM dan dilanjutkan oleh Carneades pada tahun 100 M. Para skeptis dalam aliran ini menaruh perhatian pada kesulitan dari sudut pandang filsuf lain.
Istilah “skeptisisme” berasal dari kata yunani "skeptomai" yang secara harfiah pertama-tama berarti “saya pikirkan dengan seksama” atau “saya lihat dengan teliti”, kemudian dari situ diturunkan arti yang biasa dihubungkan dengan kata tersebut, yakni “saya meragukan”. Para filsuf Yunani Kuno dibuat bertanya-tanya oleh adanya beberapa gejala pengalaman keindraan, seperti ilusi, mimpi, halusinasi yang kadang sulit dibedakan dari persepsi keindraan yang ”normal” terhadap benda-benda fisik. Pengalaman-pengalaman yang secara statistis tidak biasa seperti itu menimbulkan pertanyaan dalam benak mereka tentang keandalan persepsi indrawi dan dengan demikian memunculkan keraguan tentang pengalaman perceptual yang kebanyakan orang begitu juga mengandaikan kebenarannya.
Tokoh yang dianggap sebagai pemimpin kaum skeptis dari masa Yunani adalah Sextus Empiricus (160 M-210 M). Sextus Empiricus menggambarkan orang-orang skeptis sebagai para pelajar atau peneliti yang terus-menerus melakukan investigasi (ulang) atas apa yang mereka telah temukan. Hal tersebut dilakukan oleh para skeptis sebab mereka adalah orang-orang yang ragu; tidak meyakini tidak juga mengingkari; mereka tidak menerima tidak juga menolaknya. Inti ajaran Sextus Empiricus adalah manusia tidak dapat membuat penilaian terhadap sesuatu, apakah benar atau salah.
Dari sini, setidaknya ada dua bentuk skeptisisme awal, yakni ketidakpercayaan pada persepsi inderawi (sense perception) manusia untuk memperoleh pengetahuan, dan ketidakpercayaan pada kemampuan akal budi (reason) manusia untuk mencapai pengetahuan yang universal.
Macam-macam Skpetisisme, diantaranya adalah skeptisisme mutlak atau skeptisisme universal dan skeptisisme nisbi atau skeptisisme partikular. Skeptisisme mutlak atau universal secara mutlak mengingkari kemungkinan manusia untuk tahu dan untuk memberi dasar pembenaran. Jenis skeptisisme yang mengingkari sama sekali kemampuan manusia untuk tahu dan meragukan semua jenis pengetahuan macam ini dalam prakteknya jarang diikuti orang, sebab dalam kenyataannya mustahil untuk dihayati. Bahkan, kaum skeptik di zaman Yunani kuno di atas yang kadang disebut sebagai penganut skeptisisme mutlak, rupanya masih mengecualikan proposisi mengenai apa yang tampak atau langsung dialami dari lingkup hal yang diragukannya. Skeptisisme mutlak dalam prakteknya jarang diikuti karena memang suatu posisi yang sulit dipertahankan. Posisi ini secara eksistensial bersifat kontradiktif dan berlawanan dengan fakta yang eviden (langsung tampak jelas dengan sendirinya). Mengapa secara eksistensial bersifat kontradiktif? Karena, seperti sudah ditunjukkan oleh Socrates dalam wawancara polemisnya dengan kaum sofis, seorang skeptisis secara implisit (dalam praktek) menegaskan kebenaran dari apa yang secara eksplisit (dalam teori) diingkarinya. Sedangkan skeptisisme nisbi atau partikular tidak meragukan segalanya secara menyeluruh. Varian ini hanya meragukan kemampuan manusia untuk tahu dengan pasti dan memberi dasar pembenaran yang tidak diragukan lagi untuk pengetahuan dalam bidang-bidang tertentu saja. Paham skeptisisme nisbi ini, walaupun tidak bersifat menggugurkan diri sendiri (self-defeating) sebagaimana skeptisisme mutlak, namun biasanya dianut karena salah paham tentang ciri-ciri hakiki pengetahuan manusia dan kebenarannya.
#Sumber: Skeptisisme sebagai sebuah teori kebenaran oleh Novie N.J. Rompis
Tidak ada komentar:
Posting Komentar