Mengapa Manusia Harus Berdoa?
Sebagian
manusia ada yang berpendapat seandainya Allah menciptakan manusia
sedemikian rupa sehingga mereka tidak membutuhkan apa dan siapapun,
dengan demikian manusia tidak lagi menjulurkan tangannya meminta kepada
seseorang atau Allah. Kebutuhan, kemiskinan dan kesulitan yang dihadapi
manusia yang membuatnya melakukan perbuatan rendah dan hina. Kondisi
seperti ini memaksa manusia meminta sesuatu baik kepada orang atau
kepada Allah. Manusia bahkan terkadang siap menjadi budak seseorang
untuk mendapatkan apa yang dibutuhkannya. Mereka juga tidak segan untuk
membunuh dan menjarah untuk meraih apa yang diinginkannya. Bila Allah
menciptakan manusia tidak membutuhkan sesuatu, maka kebanyakan dari
kezaliman, penjarahan dan pembunuhan tidak akan terjadi.Menjawab pemikiran yang semacam ini harus diperhatikan bahwa yang penting dalam masalah ini adalah makrifat atau pengenalan makhluk akan khalik atau penciptanya. Dalam kajian tauhid telah dibuktikan bahwa hanya Allah Swt yang tidak membutuhkan secara mutlak. Sementara setiap makhluk membutuhkan-Nya dan dalam wujudnya ada yang disebut Faqr Wujudi atau kefakiran ontologi. Menciptakan manusia yang tidak membutuhkan itu artinya menyekutukan makhluk dengan khalik dan ini mustahil terjadi.
Makhluk sebagai makhluk pasti membutuhkan. Tapi kebutuhan atau faqr ontologi yang ada bersamaan dengan hidayah takwini di seluruh makhluk dan hidayah tasyri'i bagi manusia mendorong makhluk mencapai kesempurnaan. Pemberian akal, pengutusan para nabi dan diturunkannya Kitab Samawi merupakan bagian dari kebutuhan manusia. Dalam kondisi inilah doa, permohonan dan kekhusyuan menjadi kebutuhan yang paling tinggi bagi manusia agar dapat terbang bersama akal dan agama melewati jalur Shu'udi, menanjak menuju Zat yang tidak membutuhkan, menjadi seperti "Allah". Manusia akan meraih makrifat dan dengan bertumpu padanya melawan segala keburukan dan kejelekan. Dengan makrifat itu manusia memerangi kezaliman. Manusia bangkit menghancurkan setan dalam diri dan di luar dirinya lalu menawan dirinya dalam penjara ilahi.
Benar, bila hanya ada kebutuhan akan air dan makanan dalam diri manusia dan tidak ada petunjuk lain dalam memilih dan memilah antara racun dan air, maka apa yang dikeluhkan tentang manusia dapat dibenarkan. Tapi yang terjadi adalah Allah Swt dengan pintu rahmat-Nya telah menyiapkan hidayah bagi setiap makhluk.
Sekaitan dengan manusia, Allah telah menganugerahinya dengan akal, mengirim nabi dan menurunkan wahyu. Dengan semua ini, pada hakikatnya Allah telah memenuhi kebutuhan manusia dan juga memberi arah terkait kebutuhannya. Sarana yang diberikan kepada manusia ini memberikannya kemampuan untuk memilih dan memilah antara yang baik dan buruk. Di sinilah hamba Allah yang saleh hanya akan melihat kebutuhannya kepada Allah menjadi kelezatan yang paling puncak. Dari pintu inilah mereka mencapai derajat yang tinggi di sisi Allah.
Oleh karenanya, bila doa, munajat dan memohon tidak pernah ada, maka tidak pernah ada derajat yang bakal diraih manusia. Dengan demikian, doa menjadi alat pengantar terbaik yang mampu menghubungkan antara pencipta dan makhluk. Mereka yang telah mencicipi manisnya munajat melihat doa itu sebagai pengkabulan doa itu sendiri.
Bila kita realistis, dengan sedikit mencermati, kita akan menemukan bahwa kebutuhan manusia tidak dapat dihitung. Allah Swt Yang Maha Pemurah yang selama ini menganugerahkan apa yang kita butuhkan tanpa meminta kepada-Nya. Pada saat yang sama kita lupa bahwa pemberian tanpa diminta ini justru membuat kita sering berkeluh kesah karena ada keinginan yang menurut kita belum terijabahi.
Ketika kita mengira doa yang kita panjatkan belum dikabulkan, kebanyakan kita justru berharap yang lebih. Oleh karenanya, kita terus melanjutkan doa, sehingga sampai pada satu tahapan kesadaran akan dikabulkan. Kita biasanya berdoa dan memaksa diri kita dengan cara tertentu, padahal diri kita belum siap dengannya. Kita biasa merasakan bahwa doa kita tidak bakal terkabulkan, kecuali berdoa seperti orang yang lebih hebat dari kita.()
Menelisik Kemungkinan Terkabulkannya Doa
Mungkin kita bertemu dengan orang-orang yang menolak doa dan terkabulkannya doa, akibat lemahnya informasi mereka. Orang-orang seperti ini menganggap terkabulkannya doa dari Allah Swt yang Maha Bijaksana kontradiksi dengan hukum alam. Mereka yang tidak meyakini doa dan masalah terijabahinya doa punya argumentasi yang dapat diringkas seperti ini:
1. Hukum alam merupakan sistem yang bijak dan bersandar pada hukum kausalitas.
2. Dalam hukum kausalitas, setiap akibat memiliki sebab khusus.
3. Terkabulkannya doa keluar dari hukum alam dan kausalitas.
4. Menjadikan doa mengambil tempat sebab menciptakan kekuarangan pada hukum alam.
5. Kesimpulannya, terkabulkannya doa dari sisi Allah Swt berarti diterimanya perubahan dalam hukum alam.
Masalah penting dalam pemikiran orang yang seperti ini kembali pada anggapan mereka bahwa doa dan masalah terkabulkannya doa berada di luar dari hukum alam dan kausalitas yang ada di dunia ini. Dengan demikian, bila dapat dibuktikan bahwa doa sendiri merupakan faktor yang berada di bawah hukum alam dan bukan di luar apa lagi bertentangan, maka masalah ini dapat diselesaikan.
Begitu juga harus ada gambaran yang benar tentang alam dan bagaimana terjadinya. Masalah alam ini harus dilihat lebih umum dari alam materi. Sampai sekarang manusia belum mampu membuat garis pembatas bagi dunia, sehingga ada batas normal baginya. Sebaliknya, kita lebih sering mendapatkan para ilmuwan dan pemikir yang terpisah dari spiritual dan metafisik justru mata batinnya terbuka dan meyakini adanya faktor non materi ini.
Bertrand Russel termasuk ilmuwan semacam ini. Setelah bertahun-tahun menentang pada akhirnya ia berkata, "Membayangkan adanya alam non materi yang abadi di balik alam materi merupakan gambaran yang benar. Ketika seseorang mengangkat tangan untuk berdoa dan meminta kepada pencipta alam, hal ini menunjukkan satu hakikat bahwa sistem alam yang ada ini terbuka dengan alam metafisik dan terkabulkannya doa sebagai diagram fenomena sistemik dunia ini yang muncul lewat doa."
Sekaitan dengan hal ini, Allamah Mohammad Taqi Jafari mengatakan, "Allah Swt yang memberikan ciri khas membakar kepada api, juga memberikan kekuatan kepada ruh manusia bila ia melakukan hubungan yang benar dengan kekuatan mutlak Allah Swt, maka keistimewaan ruh manusia yang lebih kuat mampu menghilangkan ciri khas api, yaitu membakar." (Tarjomeh va Tafsir Nahjul Balaghah, jilid 15)
Almarhum Hibah ad-Din Syahrastani mengatakan, "Benar, dunia memiliki sebab dan dunia diciptakan berdasarkan hukum kausalitas. Tapi ada causa prima dan penyebab segala sesuatu yang disebut Allah Saw yang tidak membutuhkan apapun. Selain Allah tidak ada yang disebut sebagai sebab puncak tapi perantara dan bukan sebab sempurna. Al-Quran, Hadis dan akal sehat menjadi bukti bahwa memohon dan berdoa kepada Allah Swt dengan khusyu tidak bertentangan dengan masalah hukum alam, bahkan menjadi bukti bahwa doa merupakan satu perantara dan sebab bagi tercapainya keinginan.
Imam Shadiq as berkata kepada seorang muridnya, "... Berdoalah dan jangan berkata bahwa apa yang ditetapkan itulah yang akan terjadi. Sesungguhnya di sisi Allah Swt ada maqam yang tidak dapat dicapai, kecuali dengan doa. Bila seseorang menutup bibirnya dan tidak berdoa, Allah tidak akan memberikan maqam itu kepadanya. Oleh karenanya, berdoalah agar Allah memberikannya kepadamu... Siapa saja yang banyak mengetok pintu, maka pintu akan dibukakan untuknya. (Ain al-Hayah, Mulla Muhammad Baqir Majlisi)
Ada ruh besar yang mempermudah alam mencapai kesempurnaannya dan membuat manusia meraih maqam yang lebih tinggi. Tapi buat manusia, ketika mencapai satu maqam kesempurnaan, ia semakin takjub dan merasa takut. Ketakutan ini bukan muncul dari rasa kepengecutan, tapi ketakutan dan kebingungan di hadapan keagungan Allah Swt. Ketakutan ini hanya akan dapat dirasakan oleh hati yang memiliki potensi memahami. Orang-orang yang telah memperluas inderanya sedemikian rupa sehingga mencapai dinding akhir dari alam dapat merasakan hal ini. Itulah mengapa kita menyaksikan Rasulullah Saw berharapa agar Allah menambahkan kebingungan yang berasal dari makrifat ini kepada-Nya. Ketakutan ini disebabkan pengenalan dengan keagungan Allah. Sementara ketakutan tanpa pengenalan ini adalah kebodohan yang muncul dari dosa dan kesesatan.
Setiap kali seseorang berdoa dan setiap kali hati dengan bermunajat akan bersambung dengan pusat keagungan dunia. Setelah itu seorang yang berdoa harus mempertahankan pengaruh dari hubungan ini dalam setiap dimensi kehidupannya dan di setiap hubungan kehidupan sehari-harinya bagi bagi dirinya, keluarga dan masyarakat. Dengan demikian, doa perlahan-lahan menjadi semacam sebuah profesi jiwanya. Ini akan semakin meluas dan bersatu dengan seluruh jiwa dan keberadaannya.
Doa bukan satu-satunya wasilah untuk mendapatkan kebutuhan kita, tapi doa dengan sendirinya manifestasi cinta. Banyak hal yang tidak dapat dipahami dengan sains dan filsafat, tapi dengan mudah dapat diraih dengan cinta. Semuanya menjadi selesai ketika jiwa bergabung bersama yang dicintai disertai keikhlasan dan mengosongkan diri dari selain yang dicintai.()
Doa; Penghancur Kesombongan dan Egoisme Manusia?
Tidak ada sesuatupun di dunia ini yang mampu menentang kekuasaan Allah Swt yang Maha Sempurna. Zat yang telah memberikan kunci segala urusan dan peristiwa kepada manusia. Pada saat yang sama, Allah telah menciptakan manusia sedemikian rupa untuk meminta kepada-Nya agar banyak hal dapat terwujudkan. Imam Ali as berkata, "Allah Swt telah memberikan khazanah langit dan bumi kepadamu. Karena Dia memberikanmu kesempatan untuk meminta dan berdoa kepada-Nya."
Oleh karenanya, manusia harus mencamkan bahwa doa adalah permintaan, kehendak hati dan fitrah manusia. Imam Khomeini ra menyebut doa sebagai permintaan dengan lisan potensi. Beliau meyakini bahwa anugerah Allah itu sempurna bahkan di atas kesempurnaan. Bila anugerah itu tidak nampak, maka itu berarti penerima tidak memiliki potensi dan kesiapan untuk menerimanya.
Lalu pertanyaan yang muncul, mengapa manusia membutuhkan doa?
Sebagai jawabannya harus dikatakan ada sebab dan faktor-faktor untuk menguraikan masalah ini.
Yang paling penting adalah berdoa itu merupakan kebutuhan fitrah manusia itu sendiri. Manusia secara fitrah memuji kebaikan dan menerima keindahan. Manusia di hadapan keindahan dan kesempurnaan mutlak langsung tidak sadarkan diri. Karena hati dan lisannya sibuk memuji keindahan itu.
Di seluruh tahapan kehidupan manusia harus diperhatikan bahwa setiap saat manusia berada dalam ujian. Oleh karenanya, setiap saat manusia juga harus berdoa kepada Allah agar ia lulus dalam ujian ini.
Mekanisme doa dapat menghancurkan atau melemahkan kesombongan manusia. Karena Allah Swt dalam al-Quran menyebut manusia yang tidak berdoa sebagai sombong dan merasa dirinya besar. Allah Swt berfirman, "Dan Tuhanmu berfirman: "Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina"." (QS Ghafir: 60)
Allah Swt telah memberikan ikhtiar khusus kepada manusia demi berlanjutnya hubungan-Nya dengan hamba-hamba-Nya. Bila kita ingin mendefinisikan ikhtiar ini, maka harus disebut kepemilikan atas kunci segala khazanah ilahi. Dengan kata lain, doa pada dasarnya sair suluk manusia yang berusaha untuk mengenal kembali dirinya dan menyingkap kekuatan tak terhingga yang tersembunyi dalam ruh manusia.
Berdasarkan pendapat mayoritas ulama dan filosof, ketika seseorang berdoa dan meminta sesuatu, dalam kondisi ini otak manusia lebih fokus kepada apa yang dimintanya dan dengan konsentrasi yang ada itu, maka apa yang diinginkannya itu menjadi penting dan spesial baginya.
Dengan demikian, ketika seseorang berdoa dan tidak dikabulkan, maka sudah pasti ada sebabnya. Penyebabnya adalah ketika manusia memikirkan dan berdoa akan satu masalah pada saat yang bersamaan ia melakukan konsentrasi pada masalah itu. Artinya, pemikiran apa saja yang terlintas di kepala manusia waktu itu, pada dasarnya itulah pemikiran yang menjadi landasan kehidupan sehari-harinya.
Sebagai contoh, bila kita meletakkan energi kehidupan kita pada satu keyakinan bahwa saya tahu doa yang saya panjatkan tidak akan dikabulkan, maka sudah pasti hal itu yang akan terjadi. Karena manusia memusatkan perhatiannya pada kekurangan ini. Energi yang didapatkannya adalah sesuatu yang dibuang oleh alam semesta. Dalam agama Islam, keyakinan ini dijelaskan dengan ungkapan yang lain. Ketika manusia mengatakan bahwa saya yakin bahwa doa yang saya panjatkan tidak akan dikabulkan, maka cara berpikir ini adalah dikte dari setan. Putusnya harapan yang ditunjukkannya itu membuatnya gagal.
Dengan demikian, dua model pemahaman dari ungkapan itu sama saja. Bedanya, yang pertama dibuktikan lewat sains dan yang kedua menurut riwayat. Mayoritas filosof Barat juga sampai pada kesimpulan ini bahwa seluruh doa dan permintaan manusia kepada Allah Swt semuanya berasal dari energi yang berasal dari pemikiran orang yang berdoa itu.
Dalam riwayat disebutkan bahwa bila waktu pengijabahan doa berlangsung lama atau terlambat, maka bagi orang yang berdoa akan mendapat pahala yang lebih banyak. Di sisi lain, hal itu akan membuat dirinya lebih dekat dengan Allah Swt. Dengan demikian, dalam kondisi ini yang kita saksikan adalah persahabatan Allah dengan hamba-Nya.
Berdoa merupakan satu dari kebutuhan fitrah manusia; baik itu muslim atau bukan. Kebutuhan ini dilakukan oleh manusia tanpa disadari, tapi tentu saja terkabulkannya doa itu sesuai dengan maslahat yang ada pada ilmu Allah. Artinya, tujuan dari doa itu sendiri bukan terkabulkannya doa, tapi doa hanya menjadi alasan untuk menjalin hubungan dan kedekatan.
Pada hakikatnya, doa merupakan hubungan kehadiran dan tanpa perantara antara hamba dan pencipta. Berdoa dan meminta kepada Allah Swt sejatinya realisasi tauhid, pengetahuan tunggal dan perasaan kehadiran Allah.()
Mengapa Sebagian Doa Kita Tidak Dikabulkan?
Dalam kehidupan sehari-hari, manusia berkali-kali menemui pertanyaan seperti ini, mengapa Allah Swt tidak mengabulkan doaku? Atau terkadang manusia bertanya-tanya mengapa dirinya masih hidup dalam kemiskinan, padahal ia telah berdoa agar mendapat rezeki dari Allah Swt.
Coba kita melihat ungkapan di atas secara jujur. Apakah Allah Swt tidak mengabulkan doa orang yang sangat membutuhkan? Bukankah Allah Swt telah berjanji akan mengijabahi permintaan setiap orang yang memohon kepada-Nya? Lalu mengapa sebagian doa tidak dikabulkan?
Pengaduan seperti ini biasanya lebih sering datang dari mereka yang menggantungkan hatinya kepada Allah Swt dan menyampaikan permohonan lewat lisannya. Karena ada beberapa faktor berikut yang membuat mereka biasanya menyampaikan pengaduan sepert ini:
Pertama, mereka mengetahui bahwa Allah memerintahkan manusia untuk berdoa, sekaligus berjanji akan mengabulkannya. Sesuai dengan firman Allah Swt, "... Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu ..." (QS. Ghafir: 60)
Kedua, mereka juga mengetahui bahwa Allah Swt jujur saat berjanji dan pasti melaksanakan janjinya. Karena Allah Swt berfirman, "... Sesungguhnya Allah tidak menyalahi janji." (QS. Ali Imran: 9)
Ketiga, mereka memahami satu kenyataan dalam diri mereka bahwa hanya Allah Swt yang layak menjadi tempat memohon. Karena mereka mengetahui bahwa Allah sebagai sumber segala sesuatu dan kembalinya segala sesuatu kepada-Nya. Allah Swt Maha Pemurah dan Pemberi yang tiada bandingannya. Itulah mengapa mereka hanya merujuk kepada-Nya.
Bila mencermati kembali pengaduan manusia ini, kita akan mendapati ungkapan sebagian doa mereka, dan bukan seluruhnya. Ini menunjukkan bahwa kesadaran mereka pada tiga penjelasan sebelumnya. Tapi sayangnya manusia dengan semua indera dan kessadaran yang dimiliki ternyata masih sering lalai akan banyak hal. Lewat kelalaian dan kebodohan inilah mereka bertanya kepada dirinya atau orang lain mengapa sebagian doanya tidak dikabulkan oleh Allah Swt.
Mereka harus tahu bahwa:
1. Ketika kita meyakini bahwa Allah Swt Maha Kuasa dan kita memohon bantuan lewat kekuasaan-Nya, maka pada saat yang sama kita harus meyakini juga bahwa Allah Swt Maha Bijaksana.
Kebijakan Allah Swt terkait dengan segala urusan dan pemahaman manusia pada awalnya sulit memahami hal ini. Seorang anak pada awalnya benci dengan adanya pekerjaan rumah. Ia lupa bahwa bila kesulitan seperti ini tidak ada, ia tidak bisa lebih dari yang ada saat ini. Anak kecil melihat pekerjaan rumah sebagai sesuatu yang buruk dan memandang waktu kosong sebagai kebaikan. Padahal kenyataannya tidak demikian.
Al-Quran dalam surat al-Baqarah ayat 216 menyebutkan, "Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui."
Dengan demikian, seharusnya kita memperhatikan satu masalah ini juga. Karena sebagian dari doa yang tidak diijabahi oleh Allah Swt pada dasarnya itu sudah merupakan ijabah doa itu sendiri.
2. Doa juga bermakna meminta dan diminta.
3. Tidak baik bersikap tergesa-gesa. Sebagian dari permohonan kita membutuhkan waktu dan sekalipun Allah Swt telah mengijabahi doa itu, tapi dalam realisasinya membutuhkan waktu.
Ishaq bin Ammar mengatakan, "Saya bertanya kepada Imam Shadiq as, ‘Mungkinkan doa seseorang diijabi, tapi realisasinya terlambat dan dampak dari terkabulkannya doa itu muncul di suatu waktu?' Imam Shadiq as menjawab, ‘Benar, boleh jadi doa itu terealisasi satu hingga 20 tahun kemudian."
Dengan mencermati riwayat seperti ini dapat dipahami bahwa ijabah atau terkabulkannya sebuah doa itu berbeda dengan terealisasinya. Oleh karenanya, betapa banyak doa sudah terijabahi, tapi realisasinya masih membutuhkan waktu.()
Adab Berdoa Berdasarkan Hadis
Ketika manusia menghadap Allah Swt dengan segala keagungan dan kekuasaan-Nya, ketika manusia menghadapi kesulitan dan kemiskinan, dan ingin mengetuk pintu rahmat Allah memohon nikmat-Nya yang tak terhingga, maka ia harus menghias dirinya dengan tata krama khusus. Hal ini disebut dengan adab berdoa.
Ada berdoa dalam hadis dapat dikelompokkan dalam tiga bagian:
1. Adab sebelum berdoa
2. Adab ketika berdoa
3. Adab setelah berdoa
Dengan memanfaatkan ayat al-Quran dan hadis kita mengulas lebih jauh tentang tiga adab berdoa ini.
Adab sebelum berdoa
Sebelum berdoa ada beberapa hal yang patut diperhatikan oleh manusia:
1. Menjauhi makanan haram
Nabi Muhammad Saw bersabda, "Barangsiapa yang selama 40 hari memakan barang halal, Allah akan menerangi hatinya dengan cahaya."
Dalam hadis yang lain Nabi Saw bersabda, "Barangsiapa yang ingin doanya dikabulkan oleh Allah, maka makanan dan pekerjaannya harus halal."
2. Berbaik sangka kepada Allah
Banyak ayat al-Quran yang memerintahkan manusia untuk menyandarkan dirinya hanya kepada Allah seperti , "... Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya ..." (QS. at-Talaq: 3)
Dengan kepercayaan penuh kepada Allah Swt inilah Imam Shadiq as berkata, "Setiap kali engkau berdoa, maka harus menganggap bahwa hajatmu bakal dikabulkan."
3. Memberi sedekah
Nabi Muhammad Saw bersabda, "Sedekah yang diberikan seorang mukmin belum sampai ke tangan peminta, tapi sedekah ini telah sampai di tangan Allah Swt." Setelah itu Rasulullah Saw membaca ayat ini, "Tidaklah mereka mengetahui, bahwasanya Allah menerima taubat dari hamba-hamba-Nya dan menerima zakat dan bahwasanya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang?" (QS. at-Taubah: 104)
Dalam al-Quran Allah Swt memerintahkan orang-orang yang beriman di zaman Nabi Muhammad Saw untuk mengeluarkan sedekah sebelum berbicara dengan Rasulullah Saw. Allah Swt berfirman, "Hai orang-orang beriman, apabila kamu mengadakan pembicaraan khusus dengan Rasul hendaklah kamu mengeluarkan sedekah (kepada orang miskin) sebelum pembicaraan itu. Yang demikian itu lebih baik bagimu dan lebih bersih; jika kamu tidak memperoleh (yang akan disedekahkan) maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (QS. al-Mujadilah: 12)
4. Memakai wangi-wangian
5. Pergi ke masjid atau menghadapi kiblat
Diriwayatkan bahwa Imam Shadiq as ketika ingin berdoa di waktu Zuhur, pertama beliau memberikan sedekah dan memakai wangi-wangian dan pergi ke masjid dan berdoa di sana.
6. Berwudhu
Imam Shadiq as berkata, "Barangsiapa yang berwudhu dengan baik, melakukan shalat dua rakaat dengan ruku dan sujud yang benar lalu mengucapkan salam dan setelah itu berdoa dengan terlebih dahulu mengucapkan shalat kepada Rasulullah Saw dan keluarganya ..."
Adab ketika berdoa
1. Mengucapkan Bismillah di awal doa
2. Mendahulukan pujian kepada Allah sebelum berdoa
3. Mendahulukan shalawat sebelum berdoa
4. Mengakui dosa yang dilakukan
5. Meminta ampun atas dosa yang dilakukan
6. Bertawasul kepada Maksumin
7. Perhatian akan doa yang dibaca
8. Khusyu dan rendah hati dalam berdoa
9. Menyebutkan hajat dalam berdoa
10. Berdoa di tempat sepi
11. Doa bersifat umum
12. Berdoa bersama-sama
13. Mendahulukan orang lain dari diri sendiri
14. Mengangkat tangan ketika berdoa
15. Berdoa dalam sujud
16. Ngotot saat berdoa
17. Perlahan-lahan dalam berdoa
18. Mendoakan orang yang tidak ada
19. Menangis
Hendaknya umat Islam dengan mengikuti al-Quran, Nabi Muhammad Saw, Maksumin as dan ulama dalam segala perbuatan, tidak terkecuali dalam berdoa. Kesibukan manusia mengurusi kehidupan setiap hari terkadang membuat manusia melupakan Allah Swt. Kenyataan ini tanpa disadari manusia melupakan keberadaannya sendiri. Oleh karenanya, memulai pekerjaan dengan Bismillahirrahmanirrahim dapat menumbuhkan dan melindungi pemikiran tauhid dalam diri manusia.
Imam Shadiq as berkata, "Setiap pekerjaan yang tidak dimulai dengan Bismillah tidak akan sampai pada kebaikan."
Nabi Saw bersabda, "Doa yang tidak dimulai dengan Bismillah akan tertolak."
Imam Shadiq as berkata, "Setiap kali engkau ingin berdoa, hal pertama yang harus engkau lakukan adalah memuji keagungan Allah dan bertasbih kepada-Nya, setelah itu mengucapkan shalawat kepada Muhammad Saw dan keluarganya dan pada waktu itu sampaikan hajatmua kepada Allah Swt."
Ketahuilah bahwa sebagian ahli ilmu mengatakan bahwa sudah selayaknya orang yang berdoa ketika memuji Allah Swt hendaknya menyebut Asma al-Husna.
Dalam al-Quran disebutkan, "Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya." (QS. al-Ahzab: 56) Sesuai dengan ayat ini, setiap Muslim punya kewajiban untuk menyampaikan salam dan shalawat kepada Nabi Muhammad Saw.
Imam Shadiq as berkata, "Berusahalah mengucapkan pujian kepada Allah Swt sebelum menyampaikan hajat baik dunia dan akhirat. Setelah itu menyampaikan shalawat kepada Nabi Saw dan keluarganya, kemudian mengakui dosa yang dilakukan baru mulai memohon hajatmua kepada Allah Swt.()
Adab Berdoa; Dari Membaca Shalawat Hingga Mengusap Tangan ke Wajah
Imam Shadiq as berkata, "Setiap orang yang memiliki hajat, maka langkah pertama yang harus dilakukannya adalah mengucapkan shalawat kepada Nabi Muhammad Saw dan keluarganya. Setelah itu ia meminta hajatnya kepada Allah Swt dan menutup doanya dengan mengucapkan shalawat lagi kepada Muhammad dan keluarganya. Karena Allah Swt sedemikian pemurahnya dan hanya akan menerima awal dan akhir doa, tapi tidak menerima bagian tengah dari doa seseorang. Artinya, shalawat kepada Muhammad dan keluarganya dapat menghilangkan tabir dan halangan terkabulkannya doa." (Iddah ad-Da'i, hal 211)
Dalam hadis lain Imam Shadiq as berkata, "Siapa yang berdoa dan tidak menyebut nama Nabi Muhammad Saw, maka doa tadi berada dan berputar di atas kepalanya. Ketika ia menyebut nama Nabi Muhammad Saw, doa itu langsung menuju ke atas." (Ushul al-Kafi, jilid 4, hal 248)
Almarhum Majlisi mengatakan, "Pendapat masyhur menyebut shalawat dari Allah Swt adalah rahmat, dari malaikat sebagai permintaan ampunan dosa dan dari hamba merupakan doa. Sementara dalam makna "Al" atau keluarga dalam pandangan Syiah adalah Itrah Tahirah dan keluarga maksum Nabi Saw. Pernyataan Syahid Tsani bahwa keluarga itu terbatas hanya pada Imam Ali, Fathimah, Hasan dan Husein as tidak punya dalil. Sementara dalam pandangan Ahli Sunnah perbedaan pendapat sangat luas.
Sebagian mengatakan bahwa Alu an-Nabi atau keluarga Nabi Saw adalah semua umat, sebagian lagi menyebut famili dan yang lain menyebut keluarga Nabi Saw adalah Bani Hasyim dan Abdul Mutthalib. Karena mengambil zakat dari mereka adalah haram. Tapi semua sepakat bahwa doa tanpa shalawat tidak diterima. (Ain al-Hayah)
Mengusap wajah setelah berdoa
Imam Shadiq as berkata, "Tidak ada seorang hamba yang mengangkat tangannya memohon kepada Allah Swt, melainkan Allah Swt pasti merasa malu membiarkannya kembali dengan tangan kosong tanpa mendapat keutamaan dan rahmat Allah. Oleh karenanya, setiap kali kalian berdoa, jangan sekali-kali menurunkan tangan sebelum mengusapkannya ke wajah. (Ushul al-Kafi, jilid 4, hal 247)
Ucapkan Masya Allah ... setelah berdoa
Imam Shadiq as berkata, "Setiap kali seorang hamba berdoa dan setelah menyampaikan hajatnya hendaknya ia mengucapkan ‘Masya Allah Laa Haula Wa Laa Haula Wa Laa Quwwata Billah Al-Aliy Al-Azhim'. Bila hal itu dilakukannya, maka Allah Swt akan berfirman, "Hambaku telah memutuskan harapannya dan pasrah dengan perintah-Ku. Oleh karenanya, Aku akan mengabulkan hajatnya."
Jangan berbuat dosa
Dari Imam Shadiq as diriwayatkan, "Bila kalian benar-benar menaati apa yang diperintahkan oleh Allah Swt, maka setiap permohonan kalian pasti dikabulkan-Nya. Tapi kalian melakukan maksiat dan menentang-Nya. Oleh karenanya, Allah Swt tidak mengijabahi doa kalian."
Jangan berhenti berdoa
Nabi Muhammad Saw bersabda, "Semoga Allah Swt merahmati hamba yang memohon kepada Allah dan bersikeras agar Allah mengabulkan permintaannya, baik itu diterima atau tidak."
Nabi Saw kemudian membaca surat Maryam ayat 48, "... Dan aku akan berdoa kepada Tuhanku, mudah-mudahan aku tidak akan kecewa dengan berdoa kepada Tuhanku."
Imam Shadiq as berkata, "Allah Swt mencintai seorang hamba yang ngotot dalam berdoa agar doanya dikabulkan."()
12 Kelompok Manusia yang Pasti Dikabulkan Doanya
Terkadang ada maslahat yang tercipta lewat doa. Tanpa doa maslahat itu tidak akan ada. Yakni, doa dapat menciptakan maslahat dan sekaligus terkabulkannya hajat. Bila ada maslahat dan maslahat terkabulkannya doa terletak pada semakin cepatnya doa itu diijabahi, maka doa akan menjadi penyebab semakin cepatnya hajat dikabulkan.
Tapi bila ada maslahat dan hajat yang disampaikan tertunda, maka pada hakikatnya doa yang membuatnya tertunda sampai saat itu. Dengan kesabaran menanti hingga terkabulkannya hajat, seseorang mendapat pahala yang lebih banyak. Bila dalam pengkabulan sebuah doa ada keburukan, maka Allah Swt akan mencegah terjadinya keburukan itu.
Tidak ada doa yang tidak dikabulkan, bahkan doa yang disampaikan oleh seseorang dan tidak sesuai dengan maslahat dirinya.
Doa adalah sarana untuk menyingkap sebagian potensi kebaikan atau menghilangkan sejumlah dosa. Tapi berdasarkan sebagian riwayat menyebutkan siapa saja orang yang berdoa dan memohon sesuatu dari Allah lalu doanya dengan cepat dikabulkan.
Manusia memiliki dua kewajiban penting terkait orang-orang yang doanya cepat dikabulkan; makrifat dan penghormatan. Yang pertama adalah mengetahui derajat dan faktor yang menyebabkan mereka mendapat tempat yang dekat di sisi Allah Swt. Sementara kewajiban kedua adalah menghormati dan menjadikan mereka sebagai rujukan. Apa saja faktor yang membuat mereka dicintai oleh Allah Swt. Mencintai pawa wali Allah dengan sendirinya merupakan bagian dari kecintaan kepada Allah dan menjadi sarana konstruktif untuk mendekatkan diri kepada Allah Swt.
Dalam buku Ushul al-Kafi ada tema berjudul "Man Tustajabu Da'watuh", siapa saja yang doanya dikabulkan. Sesuai dengan hadis-hadis yang dibawakan dalam tema ini, orang-orang yang doanya mustajab adalah:
1. Seseorang yang pergi haji
2. Seseorang yang jihad di jalan Allah
3. Seseorang yang sakit
Imam Shadiq as berkata, "Ada tiga kelompok manusia yang doanya dikabulkan; Orang yang pergi ke haji dan perhatikan bagaimana ia memperlakukan orang-orang yang ditinggalkannya. Kedua orang yang berjihad di jalan Allah dan perhatikan bagaimana ia memperlakukan orang-orang yang ditinggalkannya. Ketiga orang yang sakit dan jangan membuatnya marah dan sakit hati."
4. Imam yang adil
5. Doa orang yang dizalimi
6. Doa anak saleh untuk orang tuanya
7. Doa ayah yang saleh untuk anaknya
8. Doa seorang mukmin untuk saudaranya
Imam Shadiq as berkata, "Ayahku berkata, ‘Lima doa yang pasti dikabulkan Allah Swt; Doa imam yang adil, doa orang yang terzalimi, dimana Allah Swt berfirman, "Saya akan membalas dendam terhadap orang yang zalim, sekalipun telah lewat waktunya, doa anak saleh untuk orang tuanya, doa ayah saleh untuk anaknya dan doa seorang mukmin untuk saudaranya, Allah Swt berfirman, ‘Dan untukmu sepertinya', engkau mendapatkan sama seperti yang didoakan kepadanya."
Dalam riwayat lain Imam Shadiq as sangat menekankan kutukan orang-orang yang dizalimi dan ayah. Imam Shadiq as berkata, "Takutlah akan doa orang yang dizalimi yang dapat naik ke atas mencapai Allah Swt menembus halangan awan dan tabir. Allah Swt berfirman, ‘Naikkan doa itu agar Aku mengijabahinya', dan takutlah akan kutukan seorang ayah, karena doanya lebih tajam dari mata pedang."
9. Seseorang yang mendoakan 40 orang mukmin sebelum berdoa untuk dirinya. Hisyam bin Salim menukil dari Imam Shadiq as yang berkata, "Setiap orang yang berdoa untuk 40 orang mukmin sebelum mendoakan dirinya dan setelah itu berdoa untuk dirinya, maka doanya pasti dikabulkan."
10. Doa orang yang berpuasa hingga berbuka
11. Doa orang yang berumrah hingga kembali ke daerahnya
12. Doa seseorang orang lain yang tidak ada di tempatnya
Imam Shadiq as menukil dari Rasulullah Saw bersabda, "Tidak ada doa yang lebih cepat dikabulkan oleh Allah Swt dari doa orang yang tidak ada di tempat untuk orang lain yang tidak ada di tempatnya.