Hz Fatima, Muhammad Baqir Al Sadr, dan Sarjana Israel
Membaca jurnal yang ditulis oleh Rachel Kantz Feder, sarjana dari Universitas Tel Aviv, Israel, saya merasa malu. Ia membedah karya dari (alm) Ayatullah Muhammad Baqir Al Sadr yang berjudul Fadak Fi Al Ta’rikh, yaitu sejarah Tanah Fadak dan permasalahannya. Saya merasa malu karena justru orang-orang Israel yang membaca, menyelami, dan membedah pemikiran ulama-ulama AB, sementara saya sendiri tidak melakukannya. Tentang peristiwa Tanah Fadak, saya selama ini memilih untuk tidak menuliskannya, karena pastinya, akan selalu memicu debat panjang (yang notabene sangat saya hindari). Namun saya harap, kecintaan kita terhadap sesuatu hal janganlah membuat kita menafikan sebuah peristiwa yang memang terjadi. Rachel menulis dengan sangat elegan, dan dalam beberapa poin tulisannya ia tidak menyembunyikan rasa takjubnya terhadap isu Fadak Fi Al Ta’rikh, karena selama ini Fatima mungkin lebih banyak dikenal sebagai seorang anak, seorang istri, seorang ibu, yang kisahnya bersama Rasulullah dan keluarganya lebih banyak diekspos. Namun Ayatullah Sadr menggambarkan Fatima dari sudut pandang lain, yaitu seorang tokoh revolusioner. Teks ini merupakan upaya awal dalam wacana Syiah modern untuk menafsirkan perumpamaan dalam semangat aktivis. Syiah sendiri meyakini, bahwa Fatima adalah sosok yang mazlum. Namun oleh Ayatullah, Fatima seorang yang mazlum, tetapi seorang pahlawan revolusioner. Rachel menyebut bahwa Ayatullah adalah salah satu orang yang pertama kali mempromosikan pergeseran eskatologis.
Membaca jurnal yang ditulis oleh Rachel Kantz Feder, sarjana dari Universitas Tel Aviv, Israel, saya merasa malu. Ia membedah karya dari (alm) Ayatullah Muhammad Baqir Al Sadr yang berjudul Fadak Fi Al Ta’rikh, yaitu sejarah Tanah Fadak dan permasalahannya. Saya merasa malu karena justru orang-orang Israel yang membaca, menyelami, dan membedah pemikiran ulama-ulama AB, sementara saya sendiri tidak melakukannya. Tentang peristiwa Tanah Fadak, saya selama ini memilih untuk tidak menuliskannya, karena pastinya, akan selalu memicu debat panjang (yang notabene sangat saya hindari). Namun saya harap, kecintaan kita terhadap sesuatu hal janganlah membuat kita menafikan sebuah peristiwa yang memang terjadi. Rachel menulis dengan sangat elegan, dan dalam beberapa poin tulisannya ia tidak menyembunyikan rasa takjubnya terhadap isu Fadak Fi Al Ta’rikh, karena selama ini Fatima mungkin lebih banyak dikenal sebagai seorang anak, seorang istri, seorang ibu, yang kisahnya bersama Rasulullah dan keluarganya lebih banyak diekspos. Namun Ayatullah Sadr menggambarkan Fatima dari sudut pandang lain, yaitu seorang tokoh revolusioner. Teks ini merupakan upaya awal dalam wacana Syiah modern untuk menafsirkan perumpamaan dalam semangat aktivis. Syiah sendiri meyakini, bahwa Fatima adalah sosok yang mazlum. Namun oleh Ayatullah, Fatima seorang yang mazlum, tetapi seorang pahlawan revolusioner. Rachel menyebut bahwa Ayatullah adalah salah satu orang yang pertama kali mempromosikan pergeseran eskatologis.
Ayatullah
mengawali tulisannya dengan menggambarkan Fatimah yang mengalami
kehilangan bertubi-tubi. Mulai dari kematian ayahnya, Muhammad, lalu
kehilangan ‘kemuliaan kepemimpinan umat’ akibat suksesi di Saqifah yang
menunjuk Abu Bakr sebagai pengganti Nabi. Sadr juga menceritakan
keberanian Fatima yang berani melakukan kritik terhadap kondisi saat
itu. Ia adalah sosok yang berani terlibat dalam perjuangan (jihad)
melawan otoritas penguasa. Irak memberlakukan darurat militer,
untuk merespon pemberontakan Syiah pada tahun 1935. Sadr mengajak
pembaca untuk menghubungkan penderitaan Fatima, peristiwa seputar
kematian Muhammad, dengan peristiwa kontemporer dan darurat militer.
Dengan membayangkan aspek masa lalu Islam dan menghubungkan mereka
dengan masa sekarang, Ayatullah membangun jembatan komunikatif yang
mendorong pembaca untuk mempertimbangkan tindakan Fatima di menghadapi
ketidakadilan kontemporer dan diskriminasi yang sama. Sejalan dengan
Irak, tindakan Fatima ditandai sebagai revolusi [Thawra]. Ayatullah
mendefinisikan klaim Fatima untuk warisannya sebagai revolusi melawan
kekuasaan yang tidak adil. Dengan menggelorakan tindakan
revolusioner yang dilakukan Fatima, Ayatullah mengajak rakyat Irak untuk
bangkit melawan kesewenang-wenangan penguasa. Dan akibatnya, beliau
dieksekusi oleh Saddam pada tahun 1980.
Salam untuk Bunda Fatimah, penghulu wanita surga...
Salam untuk Bunda Fatimah, penghulu wanita surga...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar