Senin, 31 Agustus 2015

Ada 1,3 Juta Anak Cerdas Istimewa di Indonesia




Indonesia
memiliki sekitar 1,3 juta anak usia sekolah yang berpotensi Cerdas
Istimewa dan Bakat Istimewa (CIBI) atau kerap disebut 'gifted-talented'.
Sayangnya, baru 9.500 (0,7%) anak yang sudah mendapat layanan khusus
dalam bentuk program akselerasi/ percepatan.
"Masih
sangat banyak siswa CIBI belum memperoleh layanan pendidikan yang
sesuai dengan potensi dan kebutuhan mereka," kata Sekjen Asosiasi
Penyelenggara, Pengembang, dan Pendukung Pendidikan Khusus untuk Siswa
Cerdas Istimewa dan Berbakat Istimewa (Asosiasi CIBI) Nasional, Amril
Muhammad di Jakarta, Selasa (14/12).

Amril
menambahkan seharusnya CIBI perlu mendapatkan akselerasi. Ada dua macam
akselerasi yang dapat dilakukan, yaitu akselerasi kontens base dan
grade base. Disebut akselerasi kontens jika siswa mampu menguasai bidang
ilmu dengan baik. Sementara itu, akselerasi grade jenjang sekolah
seperti siswa yang seharusnya sekolah tiga tahun, bisa dipersingkan
menjadi dua tahun. "Mereka memiliki kecepatan menyerap lebih dari teman
sebayanya," papar Amir.

Perhatian
khusus tidak dimaksudkan untuk melakukan diskriminasi, tetapi
semata-mata untuk memberikan layanan pendidikan yang sesuai dengan
kebutuhan dan kondisi siswa. Untuk program akselerasi misalnya, ini
mencakup grade dan konten. Berdasarkan data tahun 2009, dari 260.471
sekolah, baru 311 sekolah yang memiliki program layanan khusus bagi anak
CIBI.

Ia
menyebutkan bahwa sejumlah ciri anak 'gifted-talented' dapat dikenali
antara lain dari kecerdasan intelektualnya yang very superior. Seperti,
skor IQ (Intelligence Quotient) 130 ke atas, dengan menggunakan skala
Wechsler.

Saat
ini ada 311 sekolah yang menyelenggarakan CIBI, di seluruh Indonesia
dari 22 provinsi, baik sekolah negeri maupun swasta, serta 10 madrasah,
dan yang terbanyak di Provinsi Jawa Timur.

Siswa Pintar Dibajak

Siswa
CIBI biasanya diambil oleh perguruan tinggi dari negara luar, seperti
dari Singapura, Malaysia, dan Amerika Serikat. Sekarang Korea Selatan
juga mulai agresif. "Ada sekitar 300 orang lebih bibit unggul kita yang
diambil oleh negara luar, karena mereka mampu memberikan iming-iming
kesejahteraan melebihi dari kita," kata Amir.

Amril
menyebutkan bibit unggul yang diambil itu terutama berada di kota besar
seperti Malang, Semarang, Jakarta, Bandung, dan Makassar. Bahkan di
Singapura, mereka ditawari bekerja sampai usia 55 tahun, sehingga usia
produktifnya habis baru dikembalikan ke Indonesia.

"Nah andaikan kita bisa melakukan yang terbaik untuk mereka, dipastikan Indonesia akan berkembang," katanya.
      
Menurut
dia anak pintar dan cerdas ini mendapat beasiswa dari negara asing,
terutama jalurnya melalui jalur olimpiade-olimpiade. "Jadi kalau ada
lomba olimpiade di luar negeri, kamar anak Indonesia dihampiri oleh
agen-agen asing tersebut, untuk ditawari fasilitas dan segala macamnya,"
terang Amir.

Sementara
itu, perguruan tinggi di dalam negeri tidak melakukan pendekatan itu.
Untuk menjawab permasalahan pembajakan tersebut perlu seluruh pemangku
kebijakan melakukan program yang komprehensif bagi anak-anak
berbebutuhan khusus ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar