Rabu, 30 Desember 2015

Iran Tunjukkan Pangkalan Rudal Bawah Tanah. Berlokasi di kedalaman 500 meter di bawah pegunungan, rekaman televisi itu menunjukkan sebuah terowongan yang sangat panjang dengan tinggi terowongan sekitar 10 meter.


Pertama Kali Iran Tunjukkan Pangkalan Rudal Bawah Tanah
Iran untuk pertama kalinya menunjukkan pangkalan rudal bawah tanahnya. | (Russia Today/IRINN)

TEHERAN - Untuk pertama kalinya, stasiun televisi Iran menyiarkan rekaman terowongan bawah tanah rahasia yang penuh dengan rudal dan unit peluncur. Pejabat Teheran mengatakan itu adalah salah satu dari beberapa pangkalan rudal yang ada di Iran.

Berlokasi di kedalaman 500 meter di bawah pegunungan, rekaman televisi itu menunjukkan sebuah terowongan yang sangat panjang dengan tinggi terowongan sekitar 10 meter. Komandan Divisi Kedirgantaraan Garda Revolusi Republik Islam Iran, Brigjen Amir Ali Hajizadeh, membenarkan rekaman itu salah satu dari pangkalan rudal rahasia Iran.

”Basis rudal jarak jauh Republik Islam ditempatkan dan siap (digunakan) di bawah pegunungan tinggi di seluruh provinsi dan kota-kota di negeri ini,” kata Hajizadeh seperti dilansir Russia Today, Kamis (15/10/2015) dari situs Garda Revolusi Iran.

”Ini adalah contoh dari pangkalan rudal besar kami,” lanjut Hajizadeh. ”Generasi baru dan canggih dari rudal jarak jauh cair dan rudal bahan bakar padat akan menggantikan senjata yang ada saat ini pada tahun 2016."

Dengan persenjataan Iran yang melimpah, dia mengeluarkan peringatan kepada siapa saja untuk tidak mengancam Iran.

Iran telah mencapai kesepakatan nuklir dengan enam negara kekuatan dunia—Amerika Serikat, Inggris, Perancis, China, Rusia dan Jerman—pada Juli lalu. Dalam perjanjian itu, Iran bersedia mengekang program nuklirnya dengan kompensasi pencabutan sanksi terhadap Iran oleh negara-negara Barat. Parlemen Iran juga telah menyetujui kesepakatan nuklir Iran.

Namun, Amerika Serikat telah beberapa kali mengatakan bahwa ada opsi militer terhadap Iran meski sudah ada perjanjian nuklir.

”Rudal-rudal dalam berbagai rentang dipasang pada peluncur di semua basis dan siap diluncurkan,” kata Hajizadeh. ”Mereka akan menggunakannya jika musuh melakukan kesalahan,” imbuh dia.

Selasa, 29 Desember 2015

Manfaat Jeruk Nipis untuk Pencernaan. Jeruk nipis adalah buah murah meriah yang kaya manfaat. Jeruk nipis mengandung vitamin C, asam folat,

jeruk nipisJeruk nipis adalah buah murah meriah yang kaya manfaat. Jeruk nipis mengandung vitamin C, asam folat, dan potassium yang sangat bermanfaat untuk mempercepat proses pengurangan lemak. Selain itu, jeruk nipis juga mengandung limonin yang berkhasiat bagi tubuh untuk mencegah sel-sel di organ hati memproduksi zat apo B, zat yang erat hubungannya dengan kadar kolesterol di dalam tubuh.
Berikut ini beberapa manfaat jeruk nipis.
1. Melancarkan Pencernaan
Jika Anda mengonsumsi air hangat yang sudah dicampurkan dengan jeruk nipis, ternyata punya manfaat untuk melancarkan pencernaan Anda. Minuman tersebut akan membantu mengaktifkan dan merangsang proses pencernaan sehingga akan membuat tubuh tetap fit dan sehat. Nah, seiring dengan lancarnya pencernaan, terjadilah proses pembakaran lemak dan penurunan berat badan.
2. Meningkatkan Sistem Kekebalan Tubuh
Dengan mengonsumsi jeruk nipis ini, Anda akan mendapatkan asupan vitamin C yang cukup. Vitamin C bermanfaat bagi tubuh untuk meningkatkan sistem kekebalan tubuh sehingga tubuh Anda akan lebih kuat terhadap serangan penyakit.
3. Mencegah Sembelit
Manfaat jeruk nipis untuk diet yang lainnya adalah membantu Anda untuk mencegah sembelit. Air jeruk nipis hangat ini akan membantu melancarkan gerakan usus Anda sehingga akan membantu mencegah segala hal yang berhubungan dengan sembelit.
  1. Detokifikasi
Ketimbang Anda harus melakukan detoks dengan obat-obatan kimia, mungkin Anda perlu mencoba mengonsumsi berbagai olahan jeruk nipis terutama air jeruk nipis. Jeruk nipis bisa membantu tubuh membuang racun-racun berbahaya yang masuk ke dalam tubuh sehingga Anda bisa merasa lebih sehat.
  1. Menurunkan Berat Badan Lebih Efektif
Nah, manfaat yang terakhir ini adalah manfaat yang paling sering dicari oleh orang yang mengonumsi jeruk nipis. Berbagai kandungan di dalam buah yang satu ini terutama vitamin C dan serat sangat berdampak positif bagi orang yang sedang diet. Dengan mengonsumi air jeruk nipis, maka akan membantu Anda memberikan rasa kenyang yang lama dan membuat proses penurunan berat badan Anda lebih efektif.

Kenapa Nabi Isa (Yesus) Disebut Roh Allah dalam Al-Qur'an?...,...Lalu Kami mengutus ruh Kami (Jibril) kepadanya, maka ia menjelma di hadapannya (dalam bentuk) manusia yang sempurna. (QS Maryam: 17)


Banyak orang ternyata bingung mengenai ruh Nabi Isa yang sering disamakan dengan ruh Allah, sehingga mereka menganggap bahwa Nabi Isa adalah anak Allah, atau justru penjelmaan Allah. Terlebih lagi, umat Kristen sering menggunakan ayat ini dan mengatakan bahwa inilah bukti bahwa Yesus (Nabi Isa) adalah anak Allah (Maha Suci Allah dari yang mereka sangka).  Tuduhan ini sungguh tidak benar dan merupakan akal-akalan mereka saja. Dan Allah juga berfirman bahwa diri-Nya esa tanpa ada yang bisa menyamai-Nya,

Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan, dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia.(QS Al-Ikhlas: 3-4)

Lantas, bagaimana kita menyikapi hal ini? Simak saja tanya jawab antara seseorang dengan salah seorang ulama terkemuka, Syaikh Abdullah bin Jibrin, yang membantah fitnah mereka.

Pertanyaan:
Apa bantahan Syaikh terhadap mereka yang mengatakan bahwa Nabi Isa ‘alaihissalam itu anak Allah dengan berdalil,

...Maka Kami tiupkan ke dalam rahimnya sebagian dari ruh (ciptaan) Kami... (QS At-Tahrim: 12)

Maha Suci Allah dari apa saja yang dikatakan oleh orang-orang zhalim.
Jawaban:
Ayat ini yang berada di surat At-Tahrim berbunyi,

Dan (ingatlah) Maryam binti Imran yang memelihara kehormatannya, Maka Kami tiupkan ke dalam rahimnya sebagian dari ruh (ciptaan) Kami, dan Dia membenarkan kalimat Rabbnya dan Kitab-KitabNya, dan Dia adalah Termasuk orang-orang yang taat. (QS At-Tahrim: 12)
Dan juga dalam surat al-Anbiya,
Dan (ingatlah kisah) Maryam yang telah memelihara kehormatannya, lalu Kami tiupkan ke dalam (tubuh)nya ruh dari Kami dan Kami jadikan Dia dan anaknya tanda (kekuasaan Allah) yang besar bagi semesta alam.  (QS Al-Anbiya: 91)
Ayat ini menegaskan, peniupan ruh itu ada pada diri Maryam dan bahwa tiupan itu sampai ke kemaluannya, sehingga ia mengandung Nabi Isa. Allah berfirman,
...Lalu Kami mengutus ruh Kami (Jibril) kepadanya, maka ia menjelma di hadapannya (dalam bentuk) manusia yang sempurna. (QS Maryam: 17)
Dan dialah malaikat yang berkata,
...Sesungguhnya aku ini hanyalah seorang utusan Tuhanmu, untuk memberimu seorang anak laki-laki yang suci. (QS Maryam: 19)
Disebutkan dalam kitab tafsir bahwa malaikat tersebut meniupkan ruh ke dalam saku baju Maryam, sehingga tiupan itu sampai ke dalam rahimnya, lalu dia pun mengandung Nabi Isa. Yang dimaksudkan ruh di sini adalah ruh yang Allah ciptakan yang menghasilkan kehidupan, sebagaimana terjadi pada Nabi Adam. Allah berfirman,
Maka apabila aku telah menyempurnakan kejadiannya, dan telah meniup kan kedalamnya ruh (ciptaan)-Ku, Maka tunduklah kamu kepadanya dengan bersujud (QS al-Hijr: 29)

Allah telah meniupkan ruh pada diri Nabi Adam, sama halnya dengan Nabi Isa. Beliau diciptakan dengan ruh ini yang merupakan makhlukNya. Allah berfirman,
Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan Malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. (QS Al-Qadr: 4)

Dan firmanNya,
Pada hari, ketika ruh dan para malaikat berdiri bershaf-shaf... (QS An-Naba: 38)

Jadi, Nabi Isa adalah makhluk yang diciptakan dari tiupan ini yang merupakan ruh ciptaan Allah yang dengannya Dia menciptakan semua manusia dan yang pertama dari mereka adalah Nabi Adam. Allah berfirman,
Kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalamnya roh (ciptaan)-Nya dan Dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati; (tetapi) kamu sedikit sekali bersyukur. (QS As-Sajdah: 9)

Atas dasar ini, maka tidak ada keistimewaan bagi Nabi Isa dengan ruh tersebut. Justru beliau seperti makhluk lainnya yang terdiri dari ruh dan jasad yang bisa bergerak dan bisa berbolak-balik dalam kehidupan ini. Wallahu a’lam.

Senin, 28 Desember 2015

Islam Datang Bukan Untuk Mengubah Budaya Leluhur Kita Jadi Budaya Arab. Jika kita memperhatikan Syariat Islam secara menyeluruh, kita akan menemukan Isyarat dari Allah, bahwa Dia menghendaki agar Bahasa Arab bisa menyebar dan membumi bersama Islam.


Ada yang mengatakan:

"Islam datang bukan untuk mengubah budaya leluhur kita jadi budaya arab. Bukan untuk 'aku' jadi 'ana', 'sampeyan' jadi 'antum', 'sedulur' jadi 'akhi'... Kita pertahankan milik kita, kita harus serap ajarannya, tapi bukan budaya arabnya".

========

Kita katakan:

1. Dalam masalah budaya, tidak mengapa kita menyerap budaya bangsa lain, selama budaya itu bermanfaat bagi kita dan tidak menyelisihi Ajaran Islam dan nilai-nilainya.

2. Bahkan kita harus mengganti sebagian budaya kita, bila memang menyelisihi Islam dan nilai-nilainya, lihatlah bagaimana dahulu Rosul -shollallohu alaihi wasallam- berjuang keras untuk mengubah budaya-budaya Arab yang menyelisihi prinsip Risalah Islam yang dibawa beliau.

3. Tentang menyerap bahasa asing, itu juga sudah sangat lazim di lisan masyarakat kita... I love you, oke, leadership, yes, no, well, problem, amazing, sorry, thank you, please, dst, adalah rentetan kata yang banyak digunakan masyarakat kita tanpa ada pengingkaran yang berarti.

Jika itu TIDAK diingkari, mengapa ketika obyek serapannya Bahasa Arab diingkari?! Bukankah yang lebih pantas adalah sebaliknya, karena bahasa arab adalah bahasa yang dipilih Allah untuk kitab suci yang paling agung, dia juga bahasa yang Allah pilih uutuk Nabi yang paling mulia.

4. Jika kita memperhatikan Syariat Islam secara menyeluruh, kita akan menemukan Isyarat dari Allah, bahwa Dia menghendaki agar Bahasa Arab bisa menyebar dan membumi bersama Islam.

Lihatlah bagaimana Bahasa Alquran tidak boleh diganti dengan bahasa lain, bahasa sholat tidak boleh diganti dengan bahasa lain, dan bahasa dzikir-dzikir yang sangat banyak tidak boleh diganti dengan bahasa lain.

Lihat pula bagaiman Allah menghendaki sumber-sumber utama Ilmu-Ilmu Islam menggunakan bahasa arab, sehingga untuk mempelajarinya harus paham Bahasa Arab dengan baik.

5. Sangat wajar bila lisan kita terbawa oleh kebiasaan, orang yang biasa belajar Bahasa Arab, atau hidup di Arab; lisannya akan terbawa dengan kebiasaannya... Begitu pula orang yang biasa belajar Bahasa Barat, atau hidup di sana; lisannya jangan akan terbawa dengan kebiasaannya.

Dan yang lebih mengherankan lagi, di sekeliling kita banyak sekali budaya barat yang diserap oleh masyarakat, semisal: pakaian ketat, rok mini, pacaran, dansa, dst, tapi seringkali tidak diingkari... Sebaliknya ketika ada yang bercadar, berjenggot, memakai jilbab besar, menjaga pandangan, rajin ke masjid, dst, malah diingkari, digunjing, dan dipersoalkan, wallohul musta'an.

---------

Kesimpulannya: Kata-kata di atas sangat tidak obyektif, diskriminatif terhadap bahasa arab, dan sangat tidak pantas diucapkan oleh orang yang cinta kepada Islam, Aqur'an, dan Nabi Agung Muhammad -shollallohu alaihi wasallam-.

Wallohu a'lam.

RI-Timor Leste Sepakati Perjanjian Perbatasan . Perjanjian ini disebutkan telah menyelesaikan 96 persen masalah perbatasan kedua negara.

 

 

Interaktif, Dili: Indonesia dan Timor Leste mengikat perjanjian perbatasan, Jumat (8/4), di Dili. Pada kunjungannya yang pertama di bekas provinsi Republik Indonesia itu, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menandatangani perjanjian bersama Perdana Menteri Mari Alkatiri.

Perjanjian ini disebutkan telah menyelesaikan 96 persen masalah perbatasan kedua negara. Alkatiri seusai penandatanganan menyebutkan, perjanjian ini menggambarkan langkah lebih maju dalam hubungan kedua negara. "Kedua negara bisa mencapai kesepakatan setelah selama lima tahun bernegosiasi," kata dia.

Alkatiri menambahkan, penandatanganan kerjasama ini merupakan pencapaian penting. Dikatakannya, perjanjian bisa menjadi landasan proses selanjutnya seperti rekonsiliasi, perdagangan, investasi, dan kerja sama ekonomi.

Kehadiran Presiden di Bandara Internasional Dili hari ini disambut dengan 21 dentuman meriam. Presiden disambut sejumlah masyarakat Timor Timur. Namun, menurut pejabat di Dili, rencana makan malam untuk menghormati kedatangan kepala negara malam ini dibatalkan. Alasannya, Presiden ingin menonton televisi yang menyiarkan langsung prosesi pemakaman Paus Yohanes Paulus II di Vatikan. AFP

MAKNA NATAL DAN TAHUN BARU BAGI UMAT BERAGAMA. Kasih sayang terhadap golongan yang lemah seperti kaum feminis, para janda dan anak-anak yatim menunjukkan komitmen moralnya sebagai seoarang pemimpin umat yang plural.

MAKNA NATAL DAN TAHUN BARU BAGI UMAT BERAGAMA
Pada bulan Desember ini, baik umat Islam maupun Kristiani sama-sama memiliki momentum baik untuk melakukan perenungan dan introspeksi bagi terbentuknya manusia saleh dan berkepribadian. Baik umat Islam maupun Kristiani pada bulan ini akan merayakan peristiwa bersejarah, yaitu tahun baru Hijriyah bagi umat Islam dan perayaan Hari Raya Natal bagi umat Kristiani.
Selama kurang lebih 10 tahun di Madinah, nabi telah melakukan reformasi secara gradual untuk menegakkan Islam, sebagai sebuah agama yang memiliki perhatian besar terhadap tatanan masyarakat yang ideal. Dan masyarakat yang dibangun nabi saat itu adalah masyarakat pluralistik yang terdiri dari berbagai suku, agama dan kepercayaan. Masyarakat seperti yang dikehendaki dalam rumusan piagam Madinah, yaitu masyarakat yang memiliki integritas dan berperadaban tinggi, baik dalam konteks relasi antarmanusia maupun dengan Tuhan, yang melampau batas primordialisme dan sektarianisme.
Kasih sayang terhadap golongan yang lemah seperti kaum feminis, para janda dan anak-anak yatim menunjukkan komitmen moralnya sebagai seoarang pemimpin umat yang plural. Hal ini dibuktikan dalam kesempatan pidato terakhirnya di padang Arafah, beliau berpesan kepada para pengikutnya supaya memperlakukan kaum wanita dengan baik dan bersikap ramah terhadap mereka. “Surga di bawah telapak kaki ibu”, jawab nabi ketika salah seorang sahabat bertanya tentang jalan pintas masuk surga. Kalimat tersebut diulang sampai tiga kali.
Salah satu sifat pemaaf dan toleransi nabi yang luar biasa adalah tampak pada kasus Hindun, salah seorang musuh Islam yang dengan dendam kusumatnya tega memakan hati Hamzah, seorang paman nabi sendiri dan pahlawan perang yang terhormat. Kala itu orang hampir dapat memastikan bahwa nabi tidak akan pernah memaafkan seorang Hindun yang keras kepala itu. Ternyata tak diduga-duga ketika kota Makkah berhasil dikuasai oleh orang Islam dan Hindun yang menjadi tawanan perang itu pada akhirnya dimaafkan. Melihat sikap nabi yang begitu mulia tersebut dengan serta merta Hindun sadar dan menyatakan masuk Islam seraya menyatakan, bahwa Muhammad memang seorang rasul, bukan manusia biasa.
Tidak hanya itu saja, sikap politik nabi yang sangat sulit untuk ditiru oleh seorang pemimpin modern adalah, pemberian amnesti kepada semua orang yang telah berbuat kesalahan besar dan berlaku kasar kepadanya. Tetapi dengan sikap nabi yang legowo dan lemah lembut itu justru membuat mereka tertarik dengan Islam, sebagai agama rahmatan lil-’alamin.
Dalam tradisi spiritualitas Katolik Barat terdapat benang merah yang menghubungkan banyak pengalaman spiritual. Garis yang mungkin bisa menghasilkan perubahan yang akurat dalam spiritualitas Katolik Barat adalah perjalanan menuju Tuhan melalui Yesus Kristus dengan kekuatan roh kudusnya. Meskipun dengan cara dan penekanan yang berbeda model pencarian Tuhan dalam tradisi Katolik Barat, tetapi model ini juga berlaku dalam Kristen Protestan. Perjalanan menuju Tuhan tersebut adakalanya yang bisa diartikulasikan, ada pula yang tidak bisa.
Fenomena menarik yang perlu dipetik dari pengalaman spiritualitas Katolik Barat adalah ajaran sebagai ekspresi kasih yang mendalam. Di sinilah titik temu spiritualitas agama-agama, di mana ending-nya adalah komitmen ajaran sosialnya. Tradisi shalat dalam Islam, perjalanan menuju Tuhan dalam Katolik Barat adalah identik dengan sembahyang dalam spiritualitas Kristen Protestan. Menurut Friedrich Heider, bahwa cara bersembahyang Kristen Protestan ada dua macam, sembahyang mistik dan profetik. Model pertama menitikberatkan upaya manusia mencari kesatuan melalui penyucian, iluminasi. Sementara yang kedua menitikberatkan pada keaktifan Tuhan, pelayanan yang baik dari Tuhan. Tradisi semacam ini hampir mirip dengan tradisi spiritualitas Kristen Maronit, dimana dalam tradisi ini seseorang tidak cukup hanya dengan memberi kehidupan, tetapi ia harus hidup melalui hubungan dengan Tuhan yang merupakan pusat dari segala sesuatu.
Pandangan ini bisa mempertinggi kesadaran akan kesucian hidup dan memperdalam apresiasi terhadap derajat segala sesuatu yang hidup sebagai pantulan Tuhan. Adalah berarti Maronit jika kita melakukan sesuatu dengan visi yang mencerahkan, kita mampu melihat di balik kebiasaan hidup, dengan demikian dengan kesadaran penuh bisa bertemu dengan Tuhan (Yohanes : 10 : 10).
Akan lebih menarik lagi jika kita mengamati pengalaman spiritualitas Yahudi. Identitas dan komitment keimanan Yahudi nampaknya berpusat dalam pemahaman masyarakat Yahudi terhadap perjanjiannya dengan Tuhan. Dimulai dengan orang Yahudi pertama, Ibrahim dan pengikutnya, Isa, Ya’qub dan diakhiri dengan melibatkan seluruh umat saat di Gunung Sinai. Kunci dari perjanjian ini adalah hubungan timbal balik, hubungan yang saling menguntungkan, antara umat dengan Tuhan, serta Tuhan dengan umat, yang terjadi secara interaktif. Dengan demikian moralitas terhadap diri sendiri dan terhadap orang lain adalah inti dari ajaran spiritualitas dari agama Yudhaisme.
Sementara bagi umat Kristiani, natal merupakan ibadah hari raya gerejawi yang terkait dengan peristiwa-peristiwa penting dalam karya penyelamatan Yesus Kristus atas dunia dengan segala isinya, termasuk hari raya gerejawi: jumat agung, paskah, kenaikan Tuhan Yesus dan Pantekosta. Bagaimana momentum bersejarah ini bagi umat beragama mampu direfleksikan dalam kehidupan sehari-hari dengan bersama-sama saling introspeksi dan memperbaiki hubungan yang harmonis dan lebih dari itu memperbaiki citra religiusitasnya?
Dom H. Camara, seorang aktivis dan uskup agung, dalam karyanya, Spiral Kekerasan menyerukan agar semua umat beragama bersatu dan membuka kembali kitab sucinya masing-masing untuk menemukan ajaran kemanusiaan universal dalam rangka melawan musuh nyata ketidakadilan. Lalu aktivis Muslim, Asghar Ali Engineer (1993:29) mengimbau perlunya memperjuangkan secara serius problem bipolaritas spiritual-material kehidupan manusia dengan menata kembali kehidupan sosial yang adil dan egaliter (1993:80). Oleh sebab itu menurut Ali (1993:80), orang beriman yang sejati adalah bukan hanya mereka yang mengucapkan kalimah syahadah, melainkan mereka yang menegakkan keadilan dan memperjuangkan kelompok yang tertindas (al-mustadh’afin). Untuk menuju ke arah kedamaian dan keutuhan umat, maka keadilan harus terus diperjuangkan.
Oleh sebab itu dalam momentum baik bagi dua agama besar ini sangat tepat untuk dilakukan kerja sosial, membangun komitmen bersama bagi terewujudnya kehidupan berbangsa dan bernegara secar adil dan demokratis, penuh keharmonisan dan kedamaian.***

Rabu, 23 Desember 2015

Iran's Christians celebrate Christmas. A girl looks at Christmas trees as she and her mother walk past Christmas decorations in central Tehran,


A girl looks at Christmas trees as she and her mother walk past Christmas decorations in central Tehran, Dec. 13, 2011. (photo by REUTERS/Morteza Nikoubazl)

Iran's Christians celebrate Christmas

As Christians around the world celebrate Christmas, the holiday season is also observed in Iran, a predominantly Muslim nation where Christians make up less than 1% of the country's approximate population of 77.5 million.
SummaryPrint Many of Iran's Christians celebrate Christmas on Jan. 6, but the holiday is becoming popular across Iran and many Christians are celebrating on Dec. 25, with some young Iranians joining in.
Author Maysam Bizær Posted December 28, 2014
Christmas trees decorated with red, green and gold gift boxes placed behind shop windows or at the entrances of different shopping malls and hotels can be seen, especially in the Christian neighborhoods of Tehran.
Decorated trees, along with Nativity scenes of the Virgin Mary, Joseph and baby Jesus, can also be seen in shops along Mirza Shirazi Avenue and Ostaad Nejatollahi (Villa Avenue) and its surrounding neighborhoods in central Tehran, where many Iranian Christians reside.
Shermin, an Iranian Christian, told Al-Monitor, “Like other Christians in the world, we celebrate Christmas at home along with our family and friends, exchange gifts and party.” She added, “There are a lot of good things to eat at this joyful time of the year.”
Trees and decorations sell well despite being fairly expensive. A pine tree of 2 meters (6.5 feet) is a luxury item that can cost up to $1,000, while the smaller artificial Christmas trees sell for $100 or less each.
A Christian shop owner in Tehran told Al-Monitor that a Christmas tree with all its decorations costs around $300 on average.
According to the Statistical Center of Iran (SCI), over 117,000 Christians reside in Iran, most of whom are Armenians who are followers of the Oriental Orthodox branch of Christianity. More than 46,000 members of this minority group live in Tehran. Assyrians, Catholics, Protestants and Evangelical Christians make up the remainder of Iran's Christian population.
Some Iranian Christians celebrate Christmas on Dec. 25 and New Years' on Jan. 1, while Armenians celebrate Christmas at the same time as the Epiphany on Jan. 6.
Despite being a minority, Iran’s Christians, Jews and Zoroastrians are recognized as established religious minorities and are represented in parliament, and also enjoy freedom to practice their religions and perform their religious rituals.
“You can’t celebrate Christmas in any Islamic country the way we do in Iran,” Rafi Moradians, an Iranian Armenian in Tehran, told Al-Monitor. Referring to the community’s exclusive sport and cultural club, Rafi said, “Authorities don’t impose any restrictions on us. We attend church services and there are also special celebrations at the Ararat Club."
The festive mood, however, is not just limited to the Christian neighborhoods of Tehran, as some shops, especially those in the northern parts of the city, dedicate at least some section of their shop windows to decorations such as candy canes, snow globes and Santa Claus figures.
In recent years, municipal authorities have also put up banners celebrating the birth of Jesus on many main streets and at the St. Sarkis Armenian Church on Villa Avenue, where a service is held every year.
Unlike other countries in the region where public celebration of Christmas is limited to hotels frequented by foreigners, there is no such restriction in Tehran. The sale of Christmas ornaments, which during the first years of the Islamic Revolution was limited to Christian districts, can now be seen around town.
In fact, festive Christmas decoration and celebration take place throughout the country, specifically in major cities such as Esfahan, Shiraz, Tabriz and even religious cities such as Mashhad.
Over the past decade, celebrating Christmas has become increasingly popular among young Iranians, regardless of their religion. Of course, the trend has a partly religious basis, as Muslims acknowledge the birth of Jesus Christ and recognize him as one of God's holy messengers. But another reason for taking part in Christmas celebrations seems to be rooted in the Iranian youth’s desire to “keep up with the rest of the world.”
“I get so excited when I see shops decorated with Christmas trees. It gives me the same good feeling and joy that I get during the Persian New Year, Nowruz,” Venus, a Muslim student who studies Iranian art at one of Tehran's universities, told Al-Monitor.
Ordinary Iranians are not alone in the holiday celebrations and in exchanging greetings at Christmas time. This year, President Hassan Rouhani sent season's greetings to Pope Francis and world leaders. Through his Twitter account, Rouhani reached out to ordinary Christians around the globe, as well as those in Iran.
“May Jesus Christ, the prophet of peace and love, bless us all on this day. Wishing Merry #Christmas to those celebrating, esp #Iranian Christians,” he tweeted.
Also, Iran’s Foreign Minister Mohammad Javad Zarif used his 100th tweet to express hope for a more peaceful 2015.
The Twitter account belonging to the office of Supreme Leader Ayatollah Ali Khamenei also featured a series of messages on the occasion of Christmas. One of the messages read: “It’s time for all caring Muslims, Christians & Jews to obey the prophets & truly honor #Jesus' birthday by standing up against Israeli crimes.”
Covering Christmas and New Year's events has also become routine for Iranian media in the past decade. For instance, the state news agency IRNA published a photo report of celebrations across the world this year. A similar photo report was published by the conservative Tasnim news agency and videos of Christmas celebrations around the globe were broadcast on state TV channels.
“As an Armenian, I’ve never felt any discrimination and I’ve been treated just as other Iranians,” said Rafi, who is a Western-educated Armenian and has worked in various government organizations, including as a senior adviser in one of Iran’s ministries.
“If I had any problems living as an Armenian in Iran, I would have left the country a long time ago,” he told Al-Monitor.
This year’s Christmas coincided with a mourning period for Muslims, Shiites in particular. But Iranian Christians say they have not encountered any restrictions on their celebration of Christmas or their preparations for the New Year.

Christmas & New Year in Iran with a 3 years old. Hi levid please review some of my related previous postings and replies.



Christmas & New Year in Iran with a 3 years old
Hi levid please review some of my related previous postings and replies.
First off u must apply with your honk kong passport for iran visa. Only hk passport.
And u should apply for visa through an iranian yravel agency. €35 euro fee. And travel agencies need NOT KNOW the fact that u are a british national too!
your children are ok...will be ok in iran.
try to get visa at iran consulate in hong kong. apply in early november in my opinion. Or u may risl a little and go for airport visa ...which u will probably get it mostly because u are a couple with kids!
Send me an email if u have more specific questions.
take care. Amir in tehran.

MAKNA NATAL DAN TAHUN BARU BAGI UMAT BERAGAMA. Kasih sayang terhadap golongan yang lemah seperti kaum feminis, para janda dan anak-anak yatim menunjukkan komitmen moralnya sebagai seoarang pemimpin umat yang plural.

MAKNA NATAL DAN TAHUN BARU BAGI UMAT BERAGAMA
Pada bulan Desember ini, baik umat Islam maupun Kristiani sama-sama memiliki momentum baik untuk melakukan perenungan dan introspeksi bagi terbentuknya manusia saleh dan berkepribadian. Baik umat Islam maupun Kristiani pada bulan ini akan merayakan peristiwa bersejarah, yaitu tahun baru Hijriyah bagi umat Islam dan perayaan Hari Raya Natal bagi umat Kristiani.
Selama kurang lebih 10 tahun di Madinah, nabi telah melakukan reformasi secara gradual untuk menegakkan Islam, sebagai sebuah agama yang memiliki perhatian besar terhadap tatanan masyarakat yang ideal. Dan masyarakat yang dibangun nabi saat itu adalah masyarakat pluralistik yang terdiri dari berbagai suku, agama dan kepercayaan. Masyarakat seperti yang dikehendaki dalam rumusan piagam Madinah, yaitu masyarakat yang memiliki integritas dan berperadaban tinggi, baik dalam konteks relasi antarmanusia maupun dengan Tuhan, yang melampau batas primordialisme dan sektarianisme.
Kasih sayang terhadap golongan yang lemah seperti kaum feminis, para janda dan anak-anak yatim menunjukkan komitmen moralnya sebagai seoarang pemimpin umat yang plural. Hal ini dibuktikan dalam kesempatan pidato terakhirnya di padang Arafah, beliau berpesan kepada para pengikutnya supaya memperlakukan kaum wanita dengan baik dan bersikap ramah terhadap mereka. “Surga di bawah telapak kaki ibu”, jawab nabi ketika salah seorang sahabat bertanya tentang jalan pintas masuk surga. Kalimat tersebut diulang sampai tiga kali.
Salah satu sifat pemaaf dan toleransi nabi yang luar biasa adalah tampak pada kasus Hindun, salah seorang musuh Islam yang dengan dendam kusumatnya tega memakan hati Hamzah, seorang paman nabi sendiri dan pahlawan perang yang terhormat. Kala itu orang hampir dapat memastikan bahwa nabi tidak akan pernah memaafkan seorang Hindun yang keras kepala itu. Ternyata tak diduga-duga ketika kota Makkah berhasil dikuasai oleh orang Islam dan Hindun yang menjadi tawanan perang itu pada akhirnya dimaafkan. Melihat sikap nabi yang begitu mulia tersebut dengan serta merta Hindun sadar dan menyatakan masuk Islam seraya menyatakan, bahwa Muhammad memang seorang rasul, bukan manusia biasa.
Tidak hanya itu saja, sikap politik nabi yang sangat sulit untuk ditiru oleh seorang pemimpin modern adalah, pemberian amnesti kepada semua orang yang telah berbuat kesalahan besar dan berlaku kasar kepadanya. Tetapi dengan sikap nabi yang legowo dan lemah lembut itu justru membuat mereka tertarik dengan Islam, sebagai agama rahmatan lil-’alamin.
Dalam tradisi spiritualitas Katolik Barat terdapat benang merah yang menghubungkan banyak pengalaman spiritual. Garis yang mungkin bisa menghasilkan perubahan yang akurat dalam spiritualitas Katolik Barat adalah perjalanan menuju Tuhan melalui Yesus Kristus dengan kekuatan roh kudusnya. Meskipun dengan cara dan penekanan yang berbeda model pencarian Tuhan dalam tradisi Katolik Barat, tetapi model ini juga berlaku dalam Kristen Protestan. Perjalanan menuju Tuhan tersebut adakalanya yang bisa diartikulasikan, ada pula yang tidak bisa.
Fenomena menarik yang perlu dipetik dari pengalaman spiritualitas Katolik Barat adalah ajaran sebagai ekspresi kasih yang mendalam. Di sinilah titik temu spiritualitas agama-agama, di mana ending-nya adalah komitmen ajaran sosialnya. Tradisi shalat dalam Islam, perjalanan menuju Tuhan dalam Katolik Barat adalah identik dengan sembahyang dalam spiritualitas Kristen Protestan. Menurut Friedrich Heider, bahwa cara bersembahyang Kristen Protestan ada dua macam, sembahyang mistik dan profetik. Model pertama menitikberatkan upaya manusia mencari kesatuan melalui penyucian, iluminasi. Sementara yang kedua menitikberatkan pada keaktifan Tuhan, pelayanan yang baik dari Tuhan. Tradisi semacam ini hampir mirip dengan tradisi spiritualitas Kristen Maronit, dimana dalam tradisi ini seseorang tidak cukup hanya dengan memberi kehidupan, tetapi ia harus hidup melalui hubungan dengan Tuhan yang merupakan pusat dari segala sesuatu.
Pandangan ini bisa mempertinggi kesadaran akan kesucian hidup dan memperdalam apresiasi terhadap derajat segala sesuatu yang hidup sebagai pantulan Tuhan. Adalah berarti Maronit jika kita melakukan sesuatu dengan visi yang mencerahkan, kita mampu melihat di balik kebiasaan hidup, dengan demikian dengan kesadaran penuh bisa bertemu dengan Tuhan (Yohanes : 10 : 10).
Akan lebih menarik lagi jika kita mengamati pengalaman spiritualitas Yahudi. Identitas dan komitment keimanan Yahudi nampaknya berpusat dalam pemahaman masyarakat Yahudi terhadap perjanjiannya dengan Tuhan. Dimulai dengan orang Yahudi pertama, Ibrahim dan pengikutnya, Isa, Ya’qub dan diakhiri dengan melibatkan seluruh umat saat di Gunung Sinai. Kunci dari perjanjian ini adalah hubungan timbal balik, hubungan yang saling menguntungkan, antara umat dengan Tuhan, serta Tuhan dengan umat, yang terjadi secara interaktif. Dengan demikian moralitas terhadap diri sendiri dan terhadap orang lain adalah inti dari ajaran spiritualitas dari agama Yudhaisme.
Sementara bagi umat Kristiani, natal merupakan ibadah hari raya gerejawi yang terkait dengan peristiwa-peristiwa penting dalam karya penyelamatan Yesus Kristus atas dunia dengan segala isinya, termasuk hari raya gerejawi: jumat agung, paskah, kenaikan Tuhan Yesus dan Pantekosta. Bagaimana momentum bersejarah ini bagi umat beragama mampu direfleksikan dalam kehidupan sehari-hari dengan bersama-sama saling introspeksi dan memperbaiki hubungan yang harmonis dan lebih dari itu memperbaiki citra religiusitasnya?
Dom H. Camara, seorang aktivis dan uskup agung, dalam karyanya, Spiral Kekerasan menyerukan agar semua umat beragama bersatu dan membuka kembali kitab sucinya masing-masing untuk menemukan ajaran kemanusiaan universal dalam rangka melawan musuh nyata ketidakadilan. Lalu aktivis Muslim, Asghar Ali Engineer (1993:29) mengimbau perlunya memperjuangkan secara serius problem bipolaritas spiritual-material kehidupan manusia dengan menata kembali kehidupan sosial yang adil dan egaliter (1993:80). Oleh sebab itu menurut Ali (1993:80), orang beriman yang sejati adalah bukan hanya mereka yang mengucapkan kalimah syahadah, melainkan mereka yang menegakkan keadilan dan memperjuangkan kelompok yang tertindas (al-mustadh’afin). Untuk menuju ke arah kedamaian dan keutuhan umat, maka keadilan harus terus diperjuangkan.
Oleh sebab itu dalam momentum baik bagi dua agama besar ini sangat tepat untuk dilakukan kerja sosial, membangun komitmen bersama bagi terewujudnya kehidupan berbangsa dan bernegara secar adil dan demokratis, penuh keharmonisan dan kedamaian.***

Selasa, 22 Desember 2015

Kota Bawah Tanah Berusia 5.000 Tahun Ditemukan di Turki. Tepatnya ditemukan di wilayah Turki Tengah, terletak di provinsi Nevsehir, wilayah Anatolia. Wilayah ini, termasuk dalam kota sejarah Cappadocia.

Kota bawah tanah di Turki (Independent)
Kota bawah tanah di Turki (Independent)

Kota Bawah Tanah Berusia 5.000 Tahun Ditemukan di Turki

Primadaily.com, Jakarta – Sebuah kota bawah tanah ditemukan di Turki. Kota tersebut, telah terkubur lama dan berusia sekitar 5.000 tahun.
Kota bawah tanah ini diduga sebagai yang terbesar yang pernah ditemukan di Turki. Tepatnya ditemukan di wilayah Turki Tengah, terletak di provinsi Nevsehir, wilayah Anatolia. Wilayah ini, termasuk dalam kota sejarah Cappadocia.
Cappadocia memang terkenal dalam lingkaran dunia arkeologi. Sebab, wilayah ini memang terkenal dengan sejumlah kota kuno yang tertimbun di dalam gundukan tanah.
Namun, situs kota kuno yang berada di Nevsehir ini lebih besar ketimbang semua kota bawah tanah yang pernh ditemukan di Turki.
“Jika diibaratkan sebuah rumah, kota-kota bawah tanah yang sebelumnya ditemukan di sini hanya seukuran dapur, jika dibanding kota di Nevsehir ini,” ujar walikota Hasan Unver, seperti dikutip melalui The Independent, Jumat 2 Januari 2015.
Penemuan kota bawah tanah ini dilakukan, saat pemerintah Turki sedang ingin membangun proyek lain. Namun, proyek tersebut terpaksa dihentikan sekarang. Mereka mengklaim, telah menghabiskan biaya sekitar US$25 jutaan untuk proyek tersebut, sebelum kota ini ditemukan.
Dihentikannya proyek tersebut, tidak dianggap sebagai kerugian. Sebab, penemuan kota bawah tanah ini dianggap lebih berharga dan memiliki efek yang luas.
Dikatakan Mehmet Ergun Turan, kepala administrasi pengembangan wilayah Turki, dari hasil penelitian di wilayah itu ditemukan sekitar 44 objek sejarah. Pihak konservasi alam Turki telah menetapkan kota tersebut, sebagai cagar budaya yang harus dilindungi, sehingga tidak ada ada proyek apapun yang akan dilakukan di wilayah itu.
Wilayah Cappadocia, yang dulunya adalah Provinsi Roma, merupakan wilayah subur untuk kota bawah tanah. Struktur tanah vulkanik bebatuan membuat wilayah ini sangat mudah dibentuk.

Senin, 21 Desember 2015

Seorang Ibu Sukses "DEWI YULL" Memperjuangkan 2 Anaknya Penyandang Tunarungu. Dewi Yull bersama Panji Surya Putra, putra bungsunya yang tunarungu. Memiliki dua anak yang tuli atau tuna rungu tidak pernah dianggap Dewi Yull sebagai suatu hal yang memberatkan hidupnya. Justru ia merasa kehadiran anak-anaknya, dengan kondisi apa pun, sebagai kado terindah dari Tuhan. “Saya seorang ibu yang dipercaya Tuhan untuk dititipi dua anak yang tuli. Buat saya, itu suatu anugerah yang harus disyukuri,” ungkap Dewi Yull di Jakarta, baru-baru ini. Dari pernikahannya dengan Ray Sahetapy, Dewi Yull memiliki tiga orang anak. Pertama (almarhumah) Giska Puteri, seorang pelukis penyandang tunarungu. Lalu anak kedua, Rahma Putra, tumbuh dengan kondisi sehat dan saat ini kuliah di Fakultas Hukum Universitas Indonesia. Kemudian, Panji Surya Putra, anak bungsunya yang juga tuli. Saat ini, Surya kuliah di Universitas Siswa Bangsa Internasional (SBI) jurusan Pendidikan Bahasa Inggris. Penyanyi yang juga pernah membintangi sinetron Losmen ini berkisah, perjuangannya untuk membesarkan kedua anaknya yang tuli memang tidak mudah. Dimulai dengan Giska yang dilahirkannya saat Dewi masih berusia 21 tahun. “Saya ini penyanyi dan sudah menyanyi sejak kecil. Namun, selama dua tahun meninabobokan, ternyata anak saya tidak pernah mendengar suara saya,” kata Dewi memulai cerita. Sebagai manusia biasa, tentu ada perasaan sedih dan kecewa karena mendapati anak pertamanya tidak bisa mendengar. Namun diakui Dewi, kesedihan itu tidak dibiarkannya berlarut. Ia pun seolah dipaksa dewasa secara mendadak di usia muda agar bisa menerima takdir terbaik yang diberikan Tuhan. “Awalnya saya bertanya, why me? Kenapa harus saya? Tetapi akhirnya saya tersadar bahwa Tuhan tidak pernah ingkar janji, itu pegangan saya. Kalau kita percaya dan menjaga titipan Tuhan, Dia pasti tidak akan mengabaikan kita,” ucap penyanyi berusia 53 tahun tersebut. Meski berat, perjuangan Dewi membesarkan Giska perlahan memperlihatkan hasil. Giska tumbuh menjadi pelukis yang produktif dan pandai berkomunikasi secara verbal. “Saya bersyukur dia bisa tumbuh menjadi sosok yang percaya diri. Dia sekolah di tempat yang tepat dan membuatnya nyaman, sampai akhirnya menikah dan menjadi pelukis yang bisa membiayai hidupnya sendiri. Di usia 12 tahun, dia juga sudah bisa pameran tunggal dengan 60 lukisan,” katanya bangga. Namun diakui Dewi, proses yang harus dilalui memang tidak ringan. Dimulai saat mengajarkan anaknya bicara dan mulai memberikan pendidikan untuk Giska. "Usia empat tahun, Giska sudah mulai dilatih bicara verbal di Yayasan Ibu Nasution, sampe akhirnya dinyatakan boleh ikut sekolah. Usia 7 tahun, dia mulai masuk Sekolah Dasar (SD) umum di dekat rumah. Selama tiga tahun di SD itu, dia ternyata mengalami tekanan yang berat karena tidak bisa berkomunikasi dengan teman-temannya. Akhirnya saya ajak dia keliling mencari SLB yang dia mau, di Tebet, Lenteng Agung, Matraman, di mana saja. Tapi akhirnya dia memilih SLB di Kebun Jeruk. Walau pun jauh dari rumah, buat saya tidak apa-apa. Yang penting dia merasa nyaman dan tidak lagi tertekan," kisahnya. Proses melatih Giska agar bisa bicara juga tidak mudah. Setiap hari setelah pulang sekolah, Dewi membutuh waktu hingga satu jam hanya untuk sekedar mengajarkan berbicara satu kata saja. “Usia sembilan tahun, perbendaharaan kata yang dia kuasai sudah cukup banyak. Suatu hari saya mengajak dia berbelanja ke supermarket. Dia lalu meminta satu kaleng Coca-cola yang dipajang di rak. Dia bilang, 'Ola-ola'. Saya katakan, 'Kalau mau, ngomongnya yang betul, harus betul'. Dia marah sampai gelimpangan di lantai dan jadi tontonan orang-orang, tetapi saya tidak peduli. Setelah lima menit, dia akhirnya bisa mengucapkan kata 'Coca-cola' dengan benar. Saya kasih minuman itu, lalu dia terima dan langsung melemparnya ke kepala saya. Sampai-sampai kepala di dekat telinga saya robek,” kenang Dewi. Lewat pengalamannya ini, Dewi ingin menunjukkan, yang terlihat orang dari sosok Giska bukanlah sesuatu yang didapat secara instan. Butuh perjuangan yang tidak boleh mengenal kata lelah. “Yang perlu ‘diobati’ lebih dahulu sebetulnya orangtuanya dan lingkungannya, bagaimana membuat mereka tetap bersemangat dan tak kenal lelah membekali anak-anaknya yang tuli agar bisa mandiri,” ucap Dewi. Setelah kepergian Giska di usia 28 tahun, fokus utama Dewi kini tertuju pada Rahma dan Surya. Khusus untuk Surya yang juga tuli, karena sudah memiliki pengalaman dalam membesarkan Giska, Dewi mengaku tidak menemui banyak kendala. “Membesarkan Surya memang lebih mudah, karena ada pengalaman sebelumnya. Namun Surya kadang suka overconfidence, saya suka kewalahan,” aku Dewi. Seperti halnya Giska, Surya juga akhirnya tumbuh menjadi pribadi yang mandiri. Menginjak SMA, anaknya itu mulai aktif menjadi aktivis yang memperjuangkan hak-hak kaum tuli, salah satunya memperjuangkan agar Bisindo (Bahasa Isyarat Indonesia) diakui pemerintah sebagai bahasa resmi tuna rungu Indonesia. Bahkan, Surya juga aktif menjadi pengajar Bisindo di Fakultas Ilmu budaya Universitas Indonesia. Melalui kedua anaknya yang tuli itulah, Dewi mengaku dapat pelajaran berharga tentang kehidupan. “Anak-anak ini bagi saya adalah guru hidup saya, mereka mengajarkan tentang penerimaan, mereka mengajarkan tentang pembebasan dari tekanan sosial. Karena saya bisa menyadari keluarga yang diberikan anak seperti ini (tuli) akan tertekan secara sosial. Mitos kalau ini akibat kutukan, keturunan, atau kesalahan orangtua juga saya pangkas habis saat Giska lahir dengan ketidaksempurnaan. Bahwa, ada tugas besar yang Tuhan berikan untuk saya. Karena ternyata bila kita memberikan perhatian, kasih sayang dan pendidikan yang tepat, mereka juga bisa tumbuh menjadi anak yang membanggakan,” tutur Dewi.

Memiliki dua anak yang tuli atau tuna rungu tidak pernah dianggap Dewi Yull sebagai suatu hal yang memberatkan hidupnya. Justru ia merasa kehadiran anak-anaknya, dengan kondisi apa pun, sebagai kado terindah dari Tuhan.
“Saya seorang ibu yang dipercaya Tuhan untuk dititipi dua anak yang tuli. Buat saya, itu suatu anugerah yang harus disyukuri,” ungkap Dewi Yull di Jakarta, baru-baru ini.
Dari pernikahannya dengan Ray Sahetapy, Dewi Yull memiliki tiga orang anak. Pertama (almarhumah) Giska Puteri, seorang pelukis penyandang tunarungu. Lalu anak kedua, Rahma Putra, tumbuh dengan kondisi sehat dan saat ini kuliah di Fakultas Hukum Universitas Indonesia. Kemudian, Panji Surya Putra, anak bungsunya yang juga tuli. Saat ini, Surya kuliah di Universitas Siswa Bangsa Internasional (SBI) jurusan Pendidikan Bahasa Inggris.
Penyanyi yang juga pernah membintangi sinetron Losmen ini berkisah, perjuangannya untuk membesarkan kedua anaknya yang tuli memang tidak mudah. Dimulai dengan Giska yang dilahirkannya saat Dewi masih berusia 21 tahun. “Saya ini penyanyi dan sudah menyanyi sejak kecil. Namun, selama dua tahun meninabobokan, ternyata anak saya tidak pernah mendengar suara saya,” kata Dewi memulai cerita.
Sebagai manusia biasa, tentu ada perasaan sedih dan kecewa karena mendapati anak pertamanya tidak bisa mendengar. Namun diakui Dewi, kesedihan itu tidak dibiarkannya berlarut. Ia pun seolah dipaksa dewasa secara mendadak di usia muda agar bisa menerima takdir terbaik yang diberikan Tuhan.
“Awalnya saya bertanya, why me? Kenapa harus saya? Tetapi akhirnya saya tersadar bahwa Tuhan tidak pernah ingkar janji, itu pegangan saya. Kalau kita percaya dan menjaga titipan Tuhan, Dia pasti tidak akan mengabaikan kita,” ucap penyanyi berusia 53 tahun tersebut.
Meski berat, perjuangan Dewi membesarkan Giska perlahan memperlihatkan hasil. Giska tumbuh menjadi pelukis yang produktif dan pandai berkomunikasi secara verbal. “Saya bersyukur dia bisa tumbuh menjadi sosok yang percaya diri. Dia sekolah di tempat yang tepat dan membuatnya nyaman, sampai akhirnya menikah dan menjadi pelukis yang bisa membiayai hidupnya sendiri. Di usia 12 tahun, dia juga sudah bisa pameran tunggal dengan 60 lukisan,” katanya bangga.
Namun diakui Dewi, proses yang harus dilalui memang tidak ringan. Dimulai saat mengajarkan anaknya bicara dan mulai memberikan pendidikan untuk Giska. "Usia empat tahun, Giska sudah mulai dilatih bicara verbal di Yayasan Ibu Nasution, sampe akhirnya dinyatakan boleh ikut sekolah. Usia 7 tahun, dia mulai masuk Sekolah Dasar (SD) umum di dekat rumah. Selama tiga tahun di SD itu, dia ternyata mengalami tekanan yang berat karena tidak bisa berkomunikasi dengan teman-temannya. Akhirnya saya ajak dia keliling mencari SLB yang dia mau, di Tebet, Lenteng Agung, Matraman, di mana saja. Tapi akhirnya dia memilih SLB di Kebun Jeruk. Walau pun jauh dari rumah, buat saya tidak apa-apa. Yang penting dia merasa nyaman dan tidak lagi tertekan," kisahnya.
Proses melatih Giska agar bisa bicara juga tidak mudah. Setiap hari setelah pulang sekolah, Dewi membutuh waktu hingga satu jam hanya untuk sekedar mengajarkan berbicara satu kata saja.
“Usia sembilan tahun, perbendaharaan kata yang dia kuasai sudah cukup banyak. Suatu hari saya mengajak dia berbelanja ke supermarket. Dia lalu meminta satu kaleng Coca-cola yang dipajang di rak. Dia bilang, 'Ola-ola'. Saya katakan, 'Kalau mau, ngomongnya yang betul, harus betul'. Dia marah sampai gelimpangan di lantai dan jadi tontonan orang-orang, tetapi saya tidak peduli. Setelah lima menit, dia akhirnya bisa mengucapkan kata 'Coca-cola' dengan benar. Saya kasih minuman itu, lalu dia terima dan langsung melemparnya ke kepala saya. Sampai-sampai kepala di dekat telinga saya robek,” kenang Dewi.
Lewat pengalamannya ini, Dewi ingin menunjukkan, yang terlihat orang dari sosok Giska bukanlah sesuatu yang didapat secara instan. Butuh perjuangan yang tidak boleh mengenal kata lelah. “Yang perlu ‘diobati’ lebih dahulu sebetulnya orangtuanya dan lingkungannya, bagaimana membuat mereka tetap bersemangat dan tak kenal lelah membekali anak-anaknya yang tuli agar bisa mandiri,” ucap Dewi.
Setelah kepergian Giska di usia 28 tahun, fokus utama Dewi kini tertuju pada Rahma dan Surya. Khusus untuk Surya yang juga tuli, karena sudah memiliki pengalaman dalam membesarkan Giska, Dewi mengaku tidak menemui banyak kendala.
“Membesarkan Surya memang lebih mudah, karena ada pengalaman sebelumnya. Namun Surya kadang suka overconfidence, saya suka kewalahan,” aku Dewi.
Seperti halnya Giska, Surya juga akhirnya tumbuh menjadi pribadi yang mandiri. Menginjak SMA, anaknya itu mulai aktif menjadi aktivis yang memperjuangkan hak-hak kaum tuli, salah satunya memperjuangkan agar Bisindo (Bahasa Isyarat Indonesia) diakui pemerintah sebagai bahasa resmi tuna rungu Indonesia. Bahkan, Surya juga aktif menjadi pengajar Bisindo di Fakultas Ilmu budaya Universitas Indonesia.
Melalui kedua anaknya yang tuli itulah, Dewi mengaku dapat pelajaran berharga tentang kehidupan. “Anak-anak ini bagi saya adalah guru hidup saya, mereka mengajarkan tentang penerimaan, mereka mengajarkan tentang pembebasan dari tekanan sosial. Karena saya bisa menyadari keluarga yang diberikan anak seperti ini (tuli) akan tertekan secara sosial. Mitos kalau ini akibat kutukan, keturunan, atau kesalahan orangtua juga saya pangkas habis saat Giska lahir dengan ketidaksempurnaan. Bahwa, ada tugas besar yang Tuhan berikan untuk saya. Karena ternyata bila kita memberikan perhatian, kasih sayang dan pendidikan yang tepat, mereka juga bisa tumbuh menjadi anak yang membanggakan,” tutur Dewi.

Anak Dewi Yull Lulus Tes Disabilitas Universitas Brawijaya. Dewi Yull Seorang Ibu yang Sukses Mendidik Anak.


Anak Dewi Yull Lulus Tes Disabilitas Universitas Brawijaya
Panji Surya Putra, anak dari artis Dewi Yull, lulus masuk Jurusan Bahasa Inggris Universitas Brawijaya dengan nilai tertinggi, Minggu 27 Juli 2014.
Panji Surya Putra (20), putera dari artis Dewi Yull, berhasil masuk ke Jurusan Bahasa Inggris Universitas Brawijaya Malang. Panji masuk dari jalur seleksi khusus penyandang disabilitas (SKPD) dengan nilai terbaik dari 19 peserta lain yang lulus tes tahun ketiga di Universitas Brawijaya Malang.

“Tahun ini ada 36 mahasiswa yang mendaftar, tetapi setelah tes yang lulus hanya 19 orang. Sesuai pengumuman 22 Juli, anak Dewi Yull namanya Panji masuk dengan hasil tes peringkat pertama, dia menyandang tuna rungu,” kata Sekretaris Pusat Studi Layanan Disabilitas (PSLD) UB Slamet Tohari, Minggu 27 Juli 2014. 

Menurut dia, tes dilakukan dalam dua tahap. Pada tahap pertama, tes Administrasi ada sekitar 36 calon mahasiswa yang mendaftar. Namun di tahap peserta banyak yang gugur akibat tidak memenuhi persyaratan seperti tidak tergolong disabel ataupun tidak memiliki ijazah. 

Hasilnya ada 27 pendaftar yang maju ke tes ujian tahap kedua yang berlangsung pada 17 Juli hingga 19 Juli 2014. Tes meliputi ujian micro teaching, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris dan PPKN, tes Psikotes dan wawancara dengan peserta dan orangtua peserta. 

Selama tes, penyanyi yang mempopulerkan lagu 'Jangan Ada Dusta Diantara Kita', bersama mendiang Broery Marantika itu, menurut Slamet selalu mendampingi anaknya.

"Saat itu Dewi Yull juga ikut mengantar. Anaknya, Panji, meraih hasil tes terbaik, dia ingin menjadi pengajar Bahasa Inggris bagi penyandang disabilitas,” katanya.

Ia menambahkan, 18 siswa lain yang lulus tes masuk ke berbagai jurusan pilihan, mulai dari Manajemen, Akuntansi, Bahasa Indonesia hingga Agro Industri.

Seluruh siswa disabel akan belajar bersama mahasiswa lain di kelas reguler. Pihak kampus akan memfasilitasi segala keperluan mahasiswa disabel saat belajar bersama tersebut, mulai dari pendamping untuk tunadaksa dan tunanetra, penerjemah bahasa isyarat untuk tuna rungu dan tuna wicara, tutorial, hingga fasilitas lain seperti kursi roda.

"Pendidikan inklusif ini konsepnya tidak diskriminatif, tidak ada perbedaan apapun dengan mahasiswa normal, mulai dari proses belajar mengajar dan yang lain. Kami hanya memberikan pendampingan dan fasilitas selama proses belajar di lingkungan kampus ataupun di luar,” katanya.

Tahun ini adalah tahun ke tiga tes SKPD berlangsung di UB dengan jumlah total mahasiswa disabel sebanyak 62 mahasiswa. Panji dan 18 siswa disabel jalur SKPD akan mulai mengikuti masa orientasi siswa sama seperti mahasiwa baru UB yang lain awal Agustus nanti.

Mother’s Day 10 Mei, Hari Ibu 22 Desember. Hari ini, yang merayakan Mother’s Day dengan memberikan cake atau hadiah kepada ibu


Hari ini, yang merayakan Mother’s Day dengan memberikan cake atau hadiah kepada ibu masing-masing.
Tapi tahukah Anda bahwa Mother’s Day yang jatuh pada tanggal 10 Mei adalah hari ibu di Negara Singapura.
Sedangkan Indonesia memperingati Hari Ibu pada 22 Desember.
Hari Ibu menjadi hari libur nasional, baik di Singapura mau di Indonesia, maupun di negara lainnya.
Hari Ibu adalah hari peringatan atau perayaan terhadap peran seorang ibu dalam keluarganya, baik untuk suami, anak-anak, maupun lingkungan sosialnya.
Semua negara di dunia selalu memperingati Hari Ibu setiap tahun. Bahkan ada beberapa negara yang menetapkan tanggal sama untuk memperingatinya.

Bunda Maria yang tidak pernah kita bayangkan dalam dukacita. Ibu adalah Lambang Kesucian Hidup.


Dukacita Bunda Maria yang tidak pernah kita bayangkan

Mungkin banyak di antara kita yang tidak pernah membayangkan betapa dalamnya dukacita yang dialami oleh Bunda Maria selama hidupnya di dunia ini bersama dengan Putranya yang tercinta Yesus Kristus. Ada tujuh dukacita atau pedang yang melukai Maria. Di dalam Kitab Suci, kita mendengar Bunda Maria dan St.Yusuf mempersembahkan bayi Yesus di bait Allah. Dan pada waktu itu pula, Nabi Simeon memberikan nubuat kepada Bunda Maria. Sadarkah kita bahwa inilah Pedang pertama yang melukai hati Bunda Maria ketika menerima nubuat Nabi Simeon. Di nubuatkan bahwa Putranya akan menjadi tanda yang menimbulkan perbantahan. “Sesungguhnya Anak ini ditentukan untuk menjatuhkan atau membangkitkan orang di Israel dan untuk menjadi suatu tanda yang menimbulkan perbantahan.” Dan karenanya, sebilah pedang dukacita akan menembus jiwanya, “dan suatu pedang akan menembus jiwamu sendiri”.
Pernahkah kita terbayangkan bahwa pada saat Bunda Maria menerima nubuat Nabi Simeon ini, sukacitanya menjadi dukacita, seperti yang pernah Bunda Maria ungkapkan kepada St.Matilda bahwa pada saat dia menerima nubuat Nabi Simeon ini, “segala sukacitanya berubah menjadi dukacita.” Meskipun Bunda Maria telah mengerti bahwa hidup Putranya akan dikurbankan demi keselamatan dunia, namun demikian ia melihat secara lebih jelas dan lebih detail sengsara dan wafat keji yang menanti Putranya. Ia tahu bahwa Putranya akan ditolak dalam segala hal dan akibat dari semua penolakan ini maka Dia akan dijatuhi hukuman mati di salib. Bunda Maria dengan ketenangan yang luar biasa menerima nubuat bahwa Putranya harus mati, dan ia senantiasa berserah diri dalam damai akan hal itu; tetapi alangkah hebatnya dukacita yang harus terus-menerus dideritanya, melihat Putranya yang menawan ini selalu ada di dekatnya, mendengar dari-Nya sabda-sabda kehidupan kekal dan menyaksikan perilaku-Nya yang kudus namun di akhir hidup-Nya akan mengalami kematian yang sangat menyayat hati.
Bunda Maria sendiri menampakkan diri kepada St.Brigitta, mengatakan bahwa semasa di dunia, tak satu detik pun terlewatkan tanpa dukacita ini mengiris jiwanya. “Seringkali,” kata Bunda Maria, “saat menyusui-Nya, terbayanglah empedu dan cuka; saat membedung-Nya, terbayanglah tali-tali yang akan membelenggu-Nya, saat membuai-Nya dalam pelukan, terbayanglah salib di mana Ia akan dipakukan; saat melihat-Nya tertidur lelap, terbayanglah kematian-Nya.” Setiap kali mengenakan pakaian pada-Nya, terpikirlah oleh Bunda Maria bahwa akan tiba harinya di mana pakaian akan ditanggalkan dari tubuh-Nya, bahwa Ia akan disalibkan; dan apabila ia memandangi tangan dan kaki-Nya yang kudus, ia membayangkan paku-paku yang suatu hari nanti akan dipalukan menembusi-Nya; dan seperti yang dikatakan Bunda Maria kepada St.Brigitta, “mataku bersimbah airmata, dan hatiku didera dukacita.”
Setelah menerima nubuat yang memilukan dari Nabi Simeon, dalam waktu yang singkat pedang kedua datang melukai Maria ketika melarikan Bayi Yesus dari aniaya Herodes ke Mesir. “Ya Tuhan,” demikian kata Beato Albertus Agung atas nama Maria, “Haruskah Ia menyingkir dari manusia, Ia yang datang untuk menyelamatkan manusia?” Maka mengertilah Bunda dalam kesedihannya bahwa nubuat Simeon mengenai Putranya sudah mulai digenapi, “Sesungguhnya Anak ini ditentukan untuk menjadi suatu tanda yang menimbulkan perbantahan.” Perjalanan dari Yerusalem ke Mesir sangatlah jauh, diperkirakan 300 miles, suatu perjalanan mendaki selama tiga puluh hari. Jalannya, menurut gambaran St.Bonaventura, “tidak rata, tak lazim dan jarang dilewati.” Waktu itu musim dingin, jadi mereka harus berjalan dalam salju, hujan dan angin, melewati jalan-jalan becek dan licin. “Tetapi bagaimana,” tanya St.Bonaventura, “mereka mendapatkan makanan? Di manakah mereka beristirahat pada malam hari? Adakah tempat menginap bagi mereka? Adakah yang mereka makan selain sepotong roti keras, entah bekal yang dibawa St.Yusuf atau diterimanya sebagai sedekah? Di manakah gerangan mereka dapat tidur dalam perjalanan yang demikian, selain di atas pasir atau di bawah pohon di hutan.
Ketika tiba di Mesir, mereka tinggal di daerah yang sangat miskin di kota Heliopolis atau di Memphis yang sekarang disebut Kairo kuno. Selama tujuh tahun tinggal di sana, mereka berjuang dengan amat sangat untuk hidup karena mereka adalah orang asing, tak dikenal, tanpa penghasilan, tanpa uang, ataupun sanak saudara. Biarlah ini menjadi penghiburan bagi kaum miskin bahwa adakalanya Maria tidak ada sepotong rotipun yang dapat dia berikan kepada Putranya, saat Ia memintanya karena lapar.
Dan akhirnya tibalah saatnya mereka kembali ke kampung halaman di Nazaret ketika raja Herodes meninggal dunia. Pada waktu itu, Yesus berumur kira-kira 7 tahun. Setelah kembali di Nazaret, setiap tahun Bunda Maria dan St.Yusuf membawa Yesus ke Bait Allah di Yerusalem pada hari raya Paskah. Terjadilah suatu ketika, pada waktu Yesus berumur 12 tahun, Dia hilang di Bait Allah. Inilah pedang ketiga yang melukai Maria, penderitaan terdahsyat yang dia alami karena kehilangan Putranya. Di bandingkan dengan dukacita yang lain, Yesus masih bersama-sama dengan Bunda Maria. Tetapi dalam dukacitanya yang ini, Bunda Maria berduka terpisah dari Yesus, bahkan tak tahu di mana Ia berada, “cahaya matakupun lenyap dari padaku.” Sebab itu sambil menangis Maria mengatakan, “Ah, cahaya mataku, Yesus terkasih, tidak lagi bersamaku; Ia jauh dariku dan aku tidak tahu kemanakah gerangan Ia pergi.” Dukacita Bunda Maria ini, pertama-tama, berguna sebagai penghiburan bagi jiwa-jiwa yang menderita, dan tak lagi menikmati, seperti dulu mereka menikmati, kehadiran mesra Tuhan mereka. Beata Benvenuta, rindu suatu hari dapat berbagi duka dengan Bunda Tersuci dalam dukacitanya ini dan memohon kepada Bunda Maria agar kerinduannya dikabulkan. Bunda Maria menampakkan diri kepadanya dengan Bayi Yesus dalam pelukannya, tetapi sementara Benvenuta menikmati kehadiran Kanak-kanak Yesus yang paling menawan hati ini, dalam sekejap ia dipisahkan dari-Nya. Begitu dalam kesedihan Benvenuta hingga ia mohon pertolongan Bunda Maria untuk meringankan penderitaannya, agar dukacitanya itu jangan sampai mengakibatkan kematian. Tiga hari kemudian, Santa Perawan menampakkan diri kembali dan mengatakan, “Ketahuilah, puteriku, penderitaanmu itu hanyalah sebagian kecil dari yang aku derita ketika aku kehilangan Putraku.”
Bunda Maria kemudian melewati hari-harinya bersama Putranya tercinta. Melihat Putranya membesar dalam keluarganya yang sangat sederhana di Nazaret. Membantu ayah angkatnya St.Yusuf melakukan kerja-kerja kasar sebagai tukang kayu. Tidak ada yang istimewa, semua serba biasa-biasa saja. Sampailah pada waktunya Yesus harus menyampaikan kabar sukacita di umur-Nya yang ke 30 tahun. Di sinilah Yesus mulai mengalami perbantahan dari banyak pihak mengenai pengajaran-Nya terutama dari kaum Farisi dan Saduki karena yang mereka tahu Yesus berasal dari keluarga yang sederhana, anak tukang kayu. Maka sukar bagi mereka untuk mempercayai-Nya. Kaum Farisi menyerahkan Yesus ke pengadilan dengan tuduhan menghujat Allah, sedangkan kaum Saduki menentang Yesus karena ajaran Yesus tentang kebangkitan orang mati, yang mereka tidak percayai. Sekali lagi Bunda Maria mengalami dukacita yang besar ketika mendengar dari St.Yohanes bahwa Pilatus yang sangat tidak adil telah menjatuhkan hukuman mati di salib ke atas Putranya. Inilah pedang yang keempat yang melukai hatinya yaitu ketika perjumpaannya dengan Putra-Nya di Jalan Salib. Bunda Maria pergi bersama St.Yohanes, dan dari darah yang tercecer di tanah, ia tahu bahwa Putranya telah lewat. Hal ini dinyatakan Bunda Maria kepada St.Brigitta, “Dari jejak-jejak Putraku, aku tahu di mana Ia telah lewat, sebab sepanjang perjalanan, tanah dibasahi dengan darah-Nya.”
Sungguh memilukan bagi Maria melihat paku-paku, palu, tali, alat-alat yang mendatangkan maut bagi Putranya, semuanya di bawa mendahului-Nya. Dan betapa suara terompet yang memaklumkan hukuman mati bagi Putranya itu menyayat hatinya! Tetapi setelah semuanya itu telah berlalu, ia mengangkat matanya dan melihat, ya Tuhan! seorang pemuda penuh berlumuran darah dan luka-luka dari ujung kepala hingga ujung kaki, sebuah mahkota duri di sekeliling kepala-Nya, dan dua palang berat di bahu-Nya Ia memandang pada-Nya, hampir-hampir tak mengenali-Nya. Di satu pihak, Bunda Maria berhasrat memandang-Nya, namun, di pihak lain ia takut tak dapat menahan hatinya melihat pemandangan yang menyayat hati itu. Pada akhirnya, mereka saling memandang. Sang Putra menyeka gumpalan darah dari mata-Nya, seperti dinyatakan kepada St.Brigitta, yang menghalangi penglihatan-Nya dan memandang Bunda-Nya, dan Sang Ibunda memandang Putranya. Perjumpaan Bunda Maria dengan Putranya ini tidak membuat dia pingsan, seperti yang dikatakan Pastor Suarez, bahwa mestinya Bunda ini telah kehilangan akal atau pun tewas/meninggal. Namun demikian Tuhan melindunginya guna menanggung dukacita yang lebih dahsyat; walaupun ia tidak mati, dukacitanya cukup menyebabkannya mati seribu kali.
St.Yohanes menyatakan bahwa ketika Bunda Maria berdiri di dekat Salib Yesus, ianya cukup mengungkapkan kemartiran Maria. Sejenak marilah kita tinggal di Kalvari dan merenungkan pedang dukacita kelima yang menembus hati Maria, yaitu saat wafat Yesus di salib. Setelah tangan dan kaki Yesus dipaku dan salib dibuat berdiri tegak, para algojo meninggalkan-Nya, namun tidak demikian dengan Maria. Ia kemudian mendekati salib, agar dapat mendampingi-Nya di saat ajal, “Aku tidak meninggalkan-Nya, “demikian Santa Perawan mengatakan kepada St.Brigitta, “melainkan tinggal dekat kaki salib-Nya.” Kemudian Bunda Maria mengungkapkan kepada Santa yang sama mengenai dukacita luar biasa saat menyaksikan Putranya meregang nyawa di salib. “Yesusku terkasih napas-Nya tersengal-sengal, tenaga-Nya terkuras, dan dalam sengsara akhirnya di salib; kedua mata-Nya masuk ke dalam, setengah tertutup dan tak bercahaya; bibir-Nya bengkak dan mulut-Nya ternganga; pipi-Nya cekung, wajah-Nya kusut; hidung-Nya patah; raut wajah-Nya sengsara; kepala-Nya lunglai ke dada-Nya, rambut-Nya hitam oleh darah, lambung-Nya kempis ke dalam, kedua tangan dan kaki-Nya kaku, sekujur tubuh-Nya penuh dengan luka dan darah.”
Penderitaan Yesus ini adalah penderitaan Maria juga, “setiap aniaya yang diderita tubuh Yesus,” kata St.Hieronimus, “adalah luka di hati Bunda Maria.” “Siapa pun yang hadir di Bukit Kalvari saat itu,” kata St.Yohanes Krisostomus, “akan melihat dua altar di mana dua kurban agung dipersembahkan; yang satu adalah tubuh Yesus, yang lainnya adalah hati Maria.” Tidak, lebih tepat jika kita mengatakannya bersama St.Bonaventura, “hanya ada satu altar – yaitu salib Putra, di mana, bersama dengan kurban Anak Domba Allah ini, sang Bunda juga dikurbankan.” Sebab itu, St.Bonaventura bertanya kepada sang Bunda, “Oh, Bunda, di manakah gerangan engkau? Di kaki salib? Tidak, melainkan engkau berada di atas salib, disalibkan, mengurbankan diri bersama Putramu.” St.Agustinus menegaskan hal yang sama, “Salib dan paku-paku sang Putra adalah juga salib dan paku-paku Bunda-Nya; bersama Yesus Tersalib, disalibkan juga Bunda-Nya.” Ya, seperti dikatakan St.Bernardus, “Kasih mengakibatkan dalam hati Maria siksa aniaya yang disebabkan oleh paku-paku yang ditembuskan pada tubuh Yesus.” Begitu dahsyatnya, seperti ditulis St.Bernardus, “Pada saat yang sama Putra mengurbankan tubuh-Nya, Bunda mengurbankan jiwa-Nya.”
Bunda Maria benar-benar sudah dipenuhi dukacita yang mendalam melihat penderitaan dan kematian Putranya yang melebihi batas kemanusiaan. Tetapi para musuh-Nya masih belum puas dengan sengsara yang ditimpakan ke atas-Nya. Kini pedang yang keenam menembus hatinya dan sakitnya lebih dalam lagi ketika melihat seorang prajurit tanpa belas kasihan menikam lambung Putranya. Orang-orang Yahudi menghendaki agar tubuh Yesus diturunkan dari salib; agar tak mengganggu kegembiraan Sabat Paskah; tetapi hal ini tak dapat dilakukan kecuali para terhukum telah mati, para prajurit datang dengan palu besi untuk mematahkan kaki-Nya, seperti yang telah mereka lakukan pada dua penyamun yang disalibkan bersama-Nya. Bunda Maria masih menangisi kematian Putranya saat ia melihat prajurit-prajurit bersenjata ini maju mendekati Yesus. Melihat ini, Bunda gementar ketakutan, lalu berseru, “Ah, Putraku sudah wafat; berhentilah menganiaya-Nya; janganlah siksa aku lagi. Ia mohon pada mereka, tulis St.Bonaventura, “untuk tidak mematahkan kaki-Nya.” Tetapi sementara ia berkata, ia melihat seorang prajurit menghunus tombaknya dan menikamkannya pada lambung Yesus, “seorang dari antara prajurit itu menikam lambung-Nya dengan tombak, dan segera mengalir keluar darah dan air.” Saat tombak dihujamkan, salib berguncang dan seperti yang kemudian dinyatakan kepada St.Brigitta, hati Yesus terbelah menjadi dua. Dari sanalah mengalir darah dan air; sebab hanya sedikit tetes-tetes darah itu saja yang masih tersisa, dan bahkan itu pun rela dicurahkan oleh Juruselamat kita agar kita mengerti bahwa tak ada lagi darah-Nya yang masih tersisa yang tak diberikan-Nya kepada kita. Luka akibat tikaman itu menganga pada tubuh Yesus, tetapi Bunda Marialah yang menderita sakitnya. “Kristus,” kata Lanspergius yang saleh, “berbagi sengsara ini dengan Bunda-Nya; Ia yang menerima penghinaan, Bunda-Nya yang menanggung sengsaranya.” Para bapa kudus berpendapat bahwa inilah sesungguhnya pedang yang dinubuatkan Nabi Simeon kepada Santa Perawan: suatu pedang, bukan pedang materiil, melainkan pedang dukacita, yang menembus jiwanya yang terberkati yang tinggal dalam hati Yesus, di mana ia senantiasa tinggal. Dengan demikian, St.Bernardus mengatakan, “Tombak yang ditikamkan ke lambung-Nya menembus jiwa Santa Perawan yang tak pernah meninggalkan hati Putranya.” Bunda Allah sendiri mengungkapkan hal yang sama kepada St.Brigitta, “Ketika tombak dicabut, ujungnya tampak merah karena darah; melihat hati Putraku terkasih ditikam, aku merasa seakan-akan hatiku sendiri juga ditikam.” Malaikat menyampaikan kepada santa yang sama, “begitu dahsyat dukacita Maria, hingga hanya karena mukjizat penyelenggaraan Ilahi, ia tidak mati.” Dalam dukacitanya yang lain, setidak-tidaknya ada Putranya yang berbelas kasihan kepadanya; tetapi sekarang Ia bahkan tak ada untuk berbelas kasihan kepadanya.
Kini saatnya Bunda Maria mengucapkan selamat tinggal kepada Putranya yang tercinta untuk selama-lamanya. Pedang terakhir atau ketujuh ini benar-benar membuat Bunda Maria merasa kehilangan segalanya saat Putranya dimakamkan. Bunda Maria larut dalam kesedihan ketika jenazah Putranya berada dalam pelukannya. Para murid yang kudus, khawatir kalau-kalau Bunda yang malang ini wafat karena duka yang mendalam, menghampirinya untuk mengambil jenazah Putranya dari pelukannya untuk dimakankan. Saat hendak menggulingkan batu penutup pintu masuk, para murid sang Juruselamat yang kudus terpaksa menghampiri Bunda Maria dan mengatakan, “Sekarang, ya Bunda, kami harus menutup pintu makam: maafkan kami, tengoklah sekali lagi Putramu dan sampaikanlah salam perpisahan kepada-Nya.” Putraku terkasih (pasti demikianlah Bunda yang berduka berkata); aku tak kan melihat-Mu lagi. Sebab itu, pada kesempatan terakhir aku memandang-Mu ini, terimalah salam perpisahanku, salam perpisahan dari Bunda-Mu terkasih, dan terimalah juga hatiku, yang aku tinggalkan agar dikubur bersama-Mu. St.Fulgentius menulis, “Dalam diri Bunda Maria berkobar hasrat agar jiwanya dikuburkan bersama tubuh Kristus.” Bunda Maria mengungkapkan kepada St.Brigitta, “Sejujurnya aku katakana bahwa saat pemakaman Putraku, dalam makam yang satu itu seolah-olah terdapat dua jiwa.” “Bunda ini,” kata St.Bernardus, “pergi dalam keadaan begitu berduka dan sengsara hingga ia menggerakkan banyak orang untuk meneteskan airmata; di manapun ia lewat, semua yang bersua dengannya menangis,” tak kuasa menahan airmata. Ia menambahkan bahwa para murid yang kudus dan perempuan-perempuan yang menyertainya “lebih berdukacita atasnya daripada atas Tuhan mereka.”
DOA:
Bundaku yang berduka, aku tidak akan membiarkan engkau menangis seorang diri, tidak, aku akan menemanimu dengan airmataku. Izinkan aku mohon rahmat ini daripadamu; perbolehkanlah bagiku rahmat agar senantiasa ada dalam benakku dan senantiasa ada dalam hatiku devosi kepada Sengsara Yesus dan kepada Dukacitamu, agar sisa-sisa hariku boleh aku lewatkan dengan menangisi dukacitamu, ya Bundaku yang lemah lembut, dan menangisi Sengsara Penebusku. Penderitaan-penderitaan ini, aku yakin, akan memberiku kepercayaan serta kekuatan yang aku butuhkan di saat ajalku, agar aku tidak jatuh dalam keputusasaan menyadari begitu banyak dosa di mana aku telah menghina Tuhan-ku. Penderitaan-penderitaan ini akan mendatangkan bagiku pengampunan, ketekunan dan surga, yang aku rindu untuk menikmatinya bersama engkau, dan agar dapatlah aku memadahkan belas kasihan Allah yang tak terbatas untuk selama-lamanya. Demikianlah yang aku harapkan, semoga terjadilah demikian.Amin.

Sabtu, 19 Desember 2015

OJO NEKO-NEKO, OJO LENO, OJO NAKAL. Hidup ini bukan mempersoalkan apa yang kita miliki, namun apa yang dapat kita lakukan dengan apa yang kita miliki. Nilai kita adalah apa yang kita karyakan


gak neko-neko itu:
tdk melakukan hal-hal yang tdk penting
tdk macam-macam
tidak berbuat aneh2
tdk mencampuri urusan orang lain.
Tak ada jalan yang enak-enak saja bagi seorang pejuang. Setiap jalan yang diambil penuh semak dan duri, Rasulullah mengingatkan “surga itu dikelilingi oleh sesuatu yang memang tidak menyenangkan” (begitulah sabda sang Jiwa terbaik),bila kita lihat perjalanan Rasulullah, orang yang sangat disayang Allah, ternyata hidupnya penuh dengan ancaman, celaan, ujian, dan rintangan. Itulah warna-warni jalan menuju kemenangan ,dengan kata lain ‘kita baru bisa merasakan arti kemenangan setelah berhasil melewati dengan sukses cobaan dan ujian yang pernah menerpa.
Sudah garis Ilahi bahwa seorang pejuang, Pejuang ibarat pendaki, ia harus melalui bukit terjal, jurang yang curam, semak belukar yang runyam.dan merasakan nikmat gelinya tertusuk-tusuk duri ,Kian tinggi memanjat biasanya semakin sendiri para pendaki. Berada di atas berarti berada di medan yang semakin berat. Karenanya hanya pendaki yang tangguh sajalah yang berhasil menginjakkan kaki disana. Dan ketika di atas ia temukan pemandangan indah yang tak bisa dilihat oleh orang-orang di bawah. Ia merasakan kebahagiaan yang tidak dirasakan oleh orang lain. Kebahagiaan itulah sebenarnya yang dicari manusia.

Tak ada sesuatu dalam hidup ini yang perlu ditakuti. Badai pasti melanda, ujian pasti kan datang. Tak perlu menghindar, hadapilah!.karena bisa dibilang ,”hanya itulah satu-satunya jalan keluar”.Pandanglah ia sebagai hadiah Ilahi. Terimalah, lalu bukalah. Pasti ada sesuatu bermanfaat di dalamnya. karena yang memisahkan kita dengan keberhasilan adalah masalah yang menantang. Sebesar apa pun masalah, ia takkan pernah melebihi kemampuan kita untuk memikulnya. Terlalu naif jika kita dikalahkan oleh masalah. kerena kita lebih berharga dari masalah yang ada. bila kita mau berfikir positive maka masalahlah yang akan mengantarkan kita kepada jalan yang selangkah lebih maju.
Dunia yang tak panjang ini merupakan tempat menguji kemampuan. Tak perlu kita mengeluh dengan keterbatasan yang memang kita tak mampu mengubah yang sudah dan sedang terjadi. kita hanya harus tak hentikan langkap untuk hari esok yang lebih baik dari hari ini. dan kita akan mencapai titik sempurna untuk sebuah misi . bukankah kita telah diberi sosok terbaik oleh-NYA. Carilah kekuatan pada diri kita, dan temukan  pembimbing yang memiliki faktor tak terhingga yang akan menuntun kita  ketika mengahadapi segala rintangan dalam kehidupan .
Hidup ini bukan mempersoalkan apa yang kita miliki, namun apa yang dapat kita lakukan dengan apa yang kita miliki. Nilai kita adalah apa yang kita karyakan, bukan apa yang kita keluhkan. Berkaryalah selagi potensi kita masih ada. Berbuatlah selagi kesempatan mengijinkan. Wujudkan karya kita dengan sepenuh hati. Tak perlu mencari sanjungan, ucapan terimakasih, atau pujian orang lain. Sama sekali tak ada alasan untuk itu. Ketulusan akan membuat kita lepas dari belenggu hawa nafsu yang melelahkan jiwa.
Masih ingatkah nasehat Rasulullah “bahwa jihad terbesar adalah melawan diri sendiri”. Karenanya, kemenangan bukan pada otot yang kekar, suara yang lantang, bukan pula pada saat kita berhasil meluapkan emosi, menghardik orang, atau memojokkan. Apalah arti kemenangan jika kita meraihnya dengan menyakiti orang sekitar kita yang bisa jadi mereka sebenarnya sangat menyayangi kita. Kemenangan bukan saat kita mengalahkan orang lain. Akan tetapi kemenangan ada pada saat kita mampu mengalahkan diri sendiri. Itulah nilai utama dari seni hidup bersama.
Ta Chia Siek Tao Hao salah seorang ahli peperangan mengatakan bahwa: Lebih baik tidak berani mendahului untuk menantang perang, hanya bila diserang lebih dahulu baru mengadakan perlawanan. Lebih baik jangan punya sifat yg kejam dan biadab(Suka membunuh!) dalam keserakahannya untuk menjadi penjajah, karena itu perang sebaiknya hanya digunakan untuk melindungi keutuhan negaranya, supaya dunia ini cepat aman, damai ,dan menjadi sejahtera.Itulah sebabnya, dimanapun yg namanya perang selalu dimenangkan oleh pihak yg berpegang teguh pada hati nurani kemanusiaan yg sesungguhnya.
Menang bukan selalu berarti menjadi yang pertama, menang berarti kamu melakukan yang lebih baik dari yang sudah kamu lakukan sebelumnya…
TUHAN…
Ampuni dosa-dosa yang terkadang aku tidak tahu kalau itu dosa…
Tuntun dan bimbinglah aku ke jalanMU yang lurus ini,
Bimbinglah diri yang lemah ini agar tetap lurus dalam BERGURU
Serta tuntun juga orang-orang yang selalu besertaku dalam membesarkan namaMU
Terima kasih atas semua karunia yang ENGKAU berikan hingga usiaku yang ke 456/756 bulan
TUHAN…
Jangan ENGKAU berikan kekayaan yang membuat aku sombong
Jangan ENGKAU berikan kemulyaan yang membuat aku lalai
Jangan ENGKAU berikan kekuatan yang membuat aku angkuh
Jangan ENGKAU berikan kesenangan yang membuat aku lupa
Jangan ENGKAU berikan kenikmatan yang membuat aku kufur
Jangan ENGKAU berikan tahta yang membuat aku terpedaya
Jangan ENGKAU berikan pahala yang membuat aku tidak ihklas.
TUHAN…
Andai ENGKAU berkenan…
Berikan aku semua dengan kasih dan sayang MU
Hingga aku semakin tahu diri dan mensyukuri segala yang ENGKAU berikan…
TUHAN…
Berikan daku sahabat-sahabat yang selalu setia dalam menggapaiMU
Yang tangguh dan tabah dalam segala kesulitan
Yang tidak menjauh bila diberi kesenangan, tidak mengeluh bila diberi cobaan
Berilah saudara-saudaraku karunia yang membuat mereka selalu bersyukur kepadaMu,
Janganlah kami ENGKAU pecah belah
Janganlah kepada kami ENGKAU titipkan dendam kesumat, iri dengki dan sifat-sifat tercela,
Tapi titipkanlah di hati kami sifat saling menyayangi dan mencintai sesama…
Hari ini dan untuk selamanya
TUHAN…
Perkenankanlah doa hamba ini….

OJO NEKO-NEKO, OJO LENO, OJO NAKAL. Hidup ini bukan mempersoalkan apa yang kita miliki, namun apa yang dapat kita lakukan dengan apa yang kita miliki. Nilai kita adalah apa yang kita karyakan


gak neko-neko itu:
tdk melakukan hal-hal yang tdk penting
tdk macam-macam
tidak berbuat aneh2
tdk mencampuri urusan orang lain.
Tak ada jalan yang enak-enak saja bagi seorang pejuang. Setiap jalan yang diambil penuh semak dan duri, Rasulullah mengingatkan “surga itu dikelilingi oleh sesuatu yang memang tidak menyenangkan” (begitulah sabda sang Jiwa terbaik),bila kita lihat perjalanan Rasulullah, orang yang sangat disayang Allah, ternyata hidupnya penuh dengan ancaman, celaan, ujian, dan rintangan. Itulah warna-warni jalan menuju kemenangan ,dengan kata lain ‘kita baru bisa merasakan arti kemenangan setelah berhasil melewati dengan sukses cobaan dan ujian yang pernah menerpa.
Sudah garis Ilahi bahwa seorang pejuang, Pejuang ibarat pendaki, ia harus melalui bukit terjal, jurang yang curam, semak belukar yang runyam.dan merasakan nikmat gelinya tertusuk-tusuk duri ,Kian tinggi memanjat biasanya semakin sendiri para pendaki. Berada di atas berarti berada di medan yang semakin berat. Karenanya hanya pendaki yang tangguh sajalah yang berhasil menginjakkan kaki disana. Dan ketika di atas ia temukan pemandangan indah yang tak bisa dilihat oleh orang-orang di bawah. Ia merasakan kebahagiaan yang tidak dirasakan oleh orang lain. Kebahagiaan itulah sebenarnya yang dicari manusia.

Tak ada sesuatu dalam hidup ini yang perlu ditakuti. Badai pasti melanda, ujian pasti kan datang. Tak perlu menghindar, hadapilah!.karena bisa dibilang ,”hanya itulah satu-satunya jalan keluar”.Pandanglah ia sebagai hadiah Ilahi. Terimalah, lalu bukalah. Pasti ada sesuatu bermanfaat di dalamnya. karena yang memisahkan kita dengan keberhasilan adalah masalah yang menantang. Sebesar apa pun masalah, ia takkan pernah melebihi kemampuan kita untuk memikulnya. Terlalu naif jika kita dikalahkan oleh masalah. kerena kita lebih berharga dari masalah yang ada. bila kita mau berfikir positive maka masalahlah yang akan mengantarkan kita kepada jalan yang selangkah lebih maju.
Dunia yang tak panjang ini merupakan tempat menguji kemampuan. Tak perlu kita mengeluh dengan keterbatasan yang memang kita tak mampu mengubah yang sudah dan sedang terjadi. kita hanya harus tak hentikan langkap untuk hari esok yang lebih baik dari hari ini. dan kita akan mencapai titik sempurna untuk sebuah misi . bukankah kita telah diberi sosok terbaik oleh-NYA. Carilah kekuatan pada diri kita, dan temukan  pembimbing yang memiliki faktor tak terhingga yang akan menuntun kita  ketika mengahadapi segala rintangan dalam kehidupan .
Hidup ini bukan mempersoalkan apa yang kita miliki, namun apa yang dapat kita lakukan dengan apa yang kita miliki. Nilai kita adalah apa yang kita karyakan, bukan apa yang kita keluhkan. Berkaryalah selagi potensi kita masih ada. Berbuatlah selagi kesempatan mengijinkan. Wujudkan karya kita dengan sepenuh hati. Tak perlu mencari sanjungan, ucapan terimakasih, atau pujian orang lain. Sama sekali tak ada alasan untuk itu. Ketulusan akan membuat kita lepas dari belenggu hawa nafsu yang melelahkan jiwa.
Masih ingatkah nasehat Rasulullah “bahwa jihad terbesar adalah melawan diri sendiri”. Karenanya, kemenangan bukan pada otot yang kekar, suara yang lantang, bukan pula pada saat kita berhasil meluapkan emosi, menghardik orang, atau memojokkan. Apalah arti kemenangan jika kita meraihnya dengan menyakiti orang sekitar kita yang bisa jadi mereka sebenarnya sangat menyayangi kita. Kemenangan bukan saat kita mengalahkan orang lain. Akan tetapi kemenangan ada pada saat kita mampu mengalahkan diri sendiri. Itulah nilai utama dari seni hidup bersama.
Ta Chia Siek Tao Hao salah seorang ahli peperangan mengatakan bahwa: Lebih baik tidak berani mendahului untuk menantang perang, hanya bila diserang lebih dahulu baru mengadakan perlawanan. Lebih baik jangan punya sifat yg kejam dan biadab(Suka membunuh!) dalam keserakahannya untuk menjadi penjajah, karena itu perang sebaiknya hanya digunakan untuk melindungi keutuhan negaranya, supaya dunia ini cepat aman, damai ,dan menjadi sejahtera.Itulah sebabnya, dimanapun yg namanya perang selalu dimenangkan oleh pihak yg berpegang teguh pada hati nurani kemanusiaan yg sesungguhnya.
Menang bukan selalu berarti menjadi yang pertama, menang berarti kamu melakukan yang lebih baik dari yang sudah kamu lakukan sebelumnya…
TUHAN…
Ampuni dosa-dosa yang terkadang aku tidak tahu kalau itu dosa…
Tuntun dan bimbinglah aku ke jalanMU yang lurus ini,
Bimbinglah diri yang lemah ini agar tetap lurus dalam BERGURU
Serta tuntun juga orang-orang yang selalu besertaku dalam membesarkan namaMU
Terima kasih atas semua karunia yang ENGKAU berikan hingga usiaku yang ke 456/756 bulan
TUHAN…
Jangan ENGKAU berikan kekayaan yang membuat aku sombong
Jangan ENGKAU berikan kemulyaan yang membuat aku lalai
Jangan ENGKAU berikan kekuatan yang membuat aku angkuh
Jangan ENGKAU berikan kesenangan yang membuat aku lupa
Jangan ENGKAU berikan kenikmatan yang membuat aku kufur
Jangan ENGKAU berikan tahta yang membuat aku terpedaya
Jangan ENGKAU berikan pahala yang membuat aku tidak ihklas.
TUHAN…
Andai ENGKAU berkenan…
Berikan aku semua dengan kasih dan sayang MU
Hingga aku semakin tahu diri dan mensyukuri segala yang ENGKAU berikan…
TUHAN…
Berikan daku sahabat-sahabat yang selalu setia dalam menggapaiMU
Yang tangguh dan tabah dalam segala kesulitan
Yang tidak menjauh bila diberi kesenangan, tidak mengeluh bila diberi cobaan
Berilah saudara-saudaraku karunia yang membuat mereka selalu bersyukur kepadaMu,
Janganlah kami ENGKAU pecah belah
Janganlah kepada kami ENGKAU titipkan dendam kesumat, iri dengki dan sifat-sifat tercela,
Tapi titipkanlah di hati kami sifat saling menyayangi dan mencintai sesama…
Hari ini dan untuk selamanya
TUHAN…
Perkenankanlah doa hamba ini….

Jumat, 18 Desember 2015

TERJEMAHAN AL-QURAN SURAT AL-BAQARAH AYAT 135 S/D 141. BUKAN KEPALSUAN YAHUDI DAN NASHRANI TAPI KESALAHAN DALAM MEMAHAMI.



وَقَالُوا
كُونُوا هُودًا أَوْ نَصَارَى تَهْتَدُوا قُلْ بَلْ مِلَّةَ إِبْرَاهِيمَ حَنِيفًا
وَمَا كَانَ مِنَ الْمُشْرِكِينَ(135) قُولُوا ءَامَنَّا بِاللهِ وَمَا أُنْزِلَ إِلَيْنَا
وَمَا أُنْزِلَ إِلَى إِبْرَاهِيمَ وَإِسْمَاعِيلَ وَإِسْحَاقَ وَيَعْقُوبَ وَالأَسْبَاطِ
وَمَا أُوتِيَ مُوسَى وَعِيسَى وَمَا أُوتِيَ النَّبِيُّونَ مِنْ رَبِّهِمْ لاَ نُفَرِّقُ
بَيْنَ أَحَدٍ مِنْهُمْ وَنَحْنُ لَهُ مُسْلِمُونَ(136) فَإِنْ ءَامَنُوا بِمِثْلِ
مَا ءَامَنْتُمْ بِهِ فَقَدِ اهْتَدَوْا وَإِنْ تَوَلَّوْا فَإِنَّمَا هُمْ فِي شِقَاقٍ
فَسَيَكْفِيكَهُمُ اللهُ وَهُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ(137) صِبْغَةَ اللهِ وَمَنْ أَحْسَنُ مِنَ اللهِ صِبْغَةً وَنَحْنُ لَهُ
عَابِدُونَ(138) قُلْ أَتُحَاجُّونَنَا فِي اللهِ وَهُوَ رَبُّنَا وَرَبُّكُمْ وَلَنَا
أَعْمَالُنَا وَلَكُمْ أَعْمَالُكُمْ وَنَحْنُ لَهُ مُخْلِصُونَ(139) أَمْ تَقُولُونَ
إِنَّ إِبْرَاهِيمَ وَإِسْمَاعِيلَ وَإِسْحَاقَ وَيَعْقُوبَ وَالأَسْبَاطَ كَانُوا
هُودًا أَوْ نَصَارَى قُلْ ءَأَنْتُمْ أَعْلَمُ أَمِ اللهُ وَمَنْ أَظْلَمُ مِمَّنْ
كَتَمَ شَهَادَةً عِنْدَهُ مِنَ اللهِ وَمَا اللهُ بِغَافِلٍ عَمَّا تَعْمَلُونَ(140)
تِلْكَ أُمَّةٌ قَدْ خَلَتْ لَهَا مَا كَسَبَتْ وَلَكُمْ مَا كَسَبْتُمْ وَلاَ تُسْأَلُونَ
عَمَّا كَانُوا يَعْمَلُونَ(141)
Dan mereka berkata: "Hendaklah kamu menjadi pengikut Yahudi atau Nasrani, niscaya kamu mendapat petunjuk". Katakanlah: "Tetapi sungguh (kami mengikuti) agama Ibrahim yang lurus. Dan bukanlah dia (Ibrahim) dari golongan orang
musyrik".(135) Katakanlah (hai orang-orang mu'min): "Kami beriman kepada Allah dan apa yang diturunkan kepada kami, dan apa yang di-turunkan kepada Ibrahim, Ismail, Ishaq, Ya`qub dan anak cucunya, dan apa yang diberikan kepada Musa dan Isa serta apa yang diberikan kepada nabi-nabi dari Tuhannya. Kami tidak membeda-bedakan seorangpun di antara mereka dan kami hanya tunduk patuh kepada-Nya".(136) Maka jika mereka beriman kepada apa yang kamu telah beriman kepadanya, sungguh mereka telah mendapat petunjuk; dan jika mereka berpaling, sesungguhnya mereka berada dalam permusuhan (dengan kamu). Maka Allah akan memelihara kamu dari mereka. Dan Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.(137) Shibghah Allah. Dan siapakah yang lebih baik shibghahnya daripada Allah? Dan hanya kepada-Nya-lah kami menyembah.(138) Katakanlah: "Apakah kamu memperdebatkan dengan kami tentang Allah, padahal Dia adalah Tuhan kami dan Tuhan kamu; bagi kami amalan kami, bagi kamu amalan kamu dan hanya kepada-Nya kami mengikhlaskan hati,(139) ataukah kamu (hai orang-orang Yahudi dan Nasrani) mengatakan bahwa Ibrahim, Ismail, Ishaq, Ya`qub dan anak cucunya, adalah penganut agama Yahudi atau Nasrani? Katakanlah: "Apakah kamu yang lebih mengetahui ataukah Allah, dan siapakah yang lebih zalim daripada orang yang menyembunyikan syahadah dari Allah yang ada padanya?" Dan Allah sekali-kali tiada lengah dari apa yang kamu kerjakan.(140) Itu adalah umat yang telah lalu; baginya apa yang diusahakannya dan bagimu apa yang kamu usahakan; dan kamu tidak akan diminta pertanggungan jawab tentang apa yang telah mereka kerjakan.(141)
URAIAN AYAT Setelah Allah SWT memaparkan keterangan historis Ibrahim dan anak-anaknya, serta kisah Ka'bah, tentang hakikat agama yang mereka wariskan kepada anak cucu; pada kumpulan ayat sebelum ini, maka di sini Allah SWT menunjukkan tentang propaganda Yahudi dan Nashrani yang berusaha memporak-porandakan bangunan akidah ummat Islam, sekaligus memberi petunjuk tentang argumentasi, atau alasan guna menepis kepalsuan mereka itu.
وَقَالُوا كُونُوا هُودًا أَوْ نَصَارَى
Dan mereka berkata: "Hendaklah kamu menjadi penganut Yahudi atau Nasrani,
تَهْتَدُوا
niscaya kamu mendapat petunjuk". Jadi Yahudi dan Nashrani mendakwakan bahwa petunjuk yang benar hanyalah pada masing-masing pihak. Padahal masing-masing mereka telah menyimpang dari akidah tauhid… Penyimpangan
akidah ini berlanjut pada penyimpangan-penyimpangan bidang lainnya. Oleh sebab itu Allah SWT mengarahkan Nabi SAW dan ummat beriman untuk menolak propaganda mereka itu:
قُلْ بَلْ مِلَّةَ إِبْرَاهِيمَ حَنِيفًا
Katakanlah: "Tidak, bahkan (kami mengikuti) agama Ibrahim yang lurus.
Katakanlah: Hendaklah semua kita; kami dan kamu kembali kepada agama Ibrahim yang lurus.
وَمَا كَانَ مِنَ الْمُشْرِكِينَ(135)
Dan bukanlah dia (Ibrahim) dari golongan orang musyrik".(135)
Ummat mukmin diajak untuk mengumandangkan seruan kepada kesatuan agama yang lurus, semenjak Ibrahim sampai kepada Isa putera Maryam, dan akhirnya diserukan oleh Muhammad SAW:
قُولُوا ءَامَنَّا بِاللهِ وَمَا أُنْزِلَ إِلَيْنَا
Katakanlah (hai orang-orang mu'min): "Kami beriman kepada Allah dan apa yang diturunkan kepada kami,
وَمَا أُنْزِلَ
إِلَى إِبْرَاهِيمَ وَإِسْمَاعِيلَ وَإِسْحَاقَ وَيَعْقُوبَ وَالأَسْبَاطِ
dan apa yang diturunkan kepada Ibrahim, Ismail, Ishaq, Ya`qub dan anak cucunya,
وَمَا أُوتِيَ
مُوسَى وَعِيسَى وَمَا أُوتِيَ النَّبِيُّونَ مِنْ رَبِّهِمْ
dan apa yang diberikan kepada Musa dan Isa serta apa yang diberikan kepada nabi-nabi dari Tuhan-nya.
لاَ نُفَرِّقُ بَيْنَ أَحَدٍ مِنْهُمْ وَنَحْنُ لَهُ مُسْلِمُونَ(136)
Kami tidak membeda-bedakan seorangpun di antara mereka dan kami hanya tunduk patuh kepada-Nya". (136)
Katakanlah wahai ummat beriman: Hentikanlah propaganda palsumu, wahai Yahudi dan Nashrani, yang menganggap petunjuk ada pada masing-masing kalian; padahal ke dalam agama kalian itu telah dibaurkan ajaran syirik dan konsepsi hidup yang menyeleweng, karena ulah hawa nafsu pemuka-pemuka agama kamu yang mencintai kehidupan duniawi. Petunjuk hidup hanyalah di
dalam agama yang lurus, yaitu; Islam, menyerah diri tunduk dan patuh kepada
Allah, Tuhan semesta alam… Bukan pada agama yang berbaur dengan penyimpangan itu. Inilah konsepsi Islam! Inilah tapal batas pemisah antara orang yang mendapat petunjuk dengan orang-orang yang sesat.
فَإِنْ ءَامَنُوا بِمِثْلِ مَا ءَامَنْتُمْ بِهِ
Maka jika mereka beriman kepada apa yang kamu telah beriman kepadanya,
فَقَدِ اهْتَدَوْا
sungguh mereka telah mendapat petunjuk;
وَإِنْ تَوَلَّوْا فَإِنَّمَا هُمْ فِي شِقَاقٍ
dan jika mereka berpaling, sesungguhnya mereka berada dalam permusuhan (dengan kamu). Penegasan dari Allah yang dituangkan ke dalam hati ummat mukmin, sekaligus menyatakan adanya perjuangan akidah sampai akhir masa ini; di mana pihak Yahudi dan Nashrani akan senantiasa memusuhi agama Islam… dilanjutkan dengan memberi jaminan bahwa Allah akan tetap memelihara ummat beriman dari penyelewengan tadi; selama mereka setia kepada akidah Islamiyah, dan menjauhi akidah syirik dan sesat…
فَسَيَكْفِيكَهُمُ اللهُ وَهُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ(137)
Maka Allah akan memelihara kamu dari mereka. Dan Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.(137) Itulah Islam sebagai shibgah (celupan) Allah… Celupan yang akan mewarnai kehidupan menuju keselamatan dunia dan akhirat, Islam yang terlepas dari segala bentuk celupan warna syirik dan penyimpangan…
صِبْغَةَ اللهِ وَمَنْ أَحْسَنُ مِنَ اللهِ صِبْغَةً
Shibghah Allah. Dan siapakah yang lebih baik shibghahnya daripada Allah?
Jelas tidak ada shibghah (celupan warna kehidupan) yang lebih baik dari warna kehidupan yang telah ditetapkan Allah…
وَنَحْنُ لَهُ عَابِدُونَ(138)
Dan hanya kepada-Nya-lah kami menyembah.(138) Semua perdebatan, semua
propaganda tidak ada gunanya, karena masalahnya telah nyata; konsepsi Islam
adalah dari Allah, dan konsepsi kamu adalah penuh warna warni, sebagian dari
celupan Allah dan sebagian yang lain dari hawa nafsu…
قُلْ أَتُحَاجُّونَنَا فِي اللهِ وَهُوَ رَبُّنَا وَرَبُّكُمْ
Katakanlah: "Apakah
kamu memperdebatkan dengan kami tentang Allah, padahal Dia adalah Tuhan kami dan Tuhan kamu; Untuk apa berdebat?
وَلَنَا أَعْمَالُنَا
وَلَكُمْ أَعْمَالُكُمْ وَنَحْنُ لَهُ مُخْلِصُونَ
bagi kami amalan kami, bagi kamu amalan kamu dan hanya kepada-Nya kami mengikhlaskan hati,(139) Tidak ada peluang sama sekali untuk berdebat tentang keesaan Allah dan berubudiyah kepada-Nya.
أَمْ تَقُولُونَ
إِنَّ إِبْرَاهِيمَ وَإِسْمَاعِيلَ وَإِسْحَاقَ وَيَعْقُوبَ وَالأَسْبَاطَ كَانُوا
هُودًا أَوْ نَصَارَى
ataukah kamu (hai orang-orang Yahudi dan Nasrani) mengatakan bahwa Ibrahim, Ismail, Ishaq, Ya`qub dan anak cucunya, adalah penganut agama Yahudi atau Nasrani? Apakah mereka itu menganut
akidah syirik seperti yang kamu propagandakan itu?
قُلْ ءَأَنْتُمْ أَعْلَمُ أَمِ اللهُ
Katakanlah: "Apakah kamu yang lebih mengetahui ataukah Allah,
Pertanyaan yang tidak memerlukan jawaban… Pertanyaan yang bertujuan untuk pengingkaran ini, menyatakan bahwa; Allah Maha Mengetahui bahwa mereka sama sekali bukanlah seperti yang dipropagandakan oleh penganut agama Yahudi dan Nashrani… Bahwa mereka adalah menganut akidah yang murni mentauhidkan Allah SWT. Kalian sesungguhnya
mempunyai kesaksian itu yang termaktub di dalam kitab kamu masing-masing.
وَمَنْ أَظْلَمُ مِمَّنْ كَتَمَ شَهَادَةً عِنْدَهُ مِنَ اللهِ
dan siapakah yang lebih zalim daripada orang yang menyembunyikan syahadah dari Allah yang ada padanya?" Mengapa kalian wahai Yahudi dan Nashrani menyembunyikan kesaksian Al-Kitab? Mengapa kalian mengumpulkan argumen palsu guna menyokong akidah yang diada-adakan? Di sini Allah kembali memunculkan kesaksian bahwa petunjuk itu hanya ada pada agama tauhid, agama yang dianut oleh Ibrahim, anak-anaknya, dan rasul-rasul sesudahnya…
وَمَا اللهُ بِغَافِلٍ عَمَّا تَعْمَلُونَ(140)
Dan Allah sekali-kali tiada lengah dari apa yang kamu kerjakan.(140) Akhir dari problema ditutup dengan pene-gasan:
تِلْكَ أُمَّةٌ قَدْ خَلَتْ
Itu adalah umat yang telah lalu; Ummat yang tunduk dan patuh kepada Allah; yang bersih dari segala unsur syirik dan segala manifestasinya…
لَهَا مَا كَسَبَتْ وَلَكُمْ مَا كَسَبْتُمْ
baginya apa yang diusahakannya dan bagimu apa yang kamu usahakan; Sekali lagi ditegaskan:
وَلاَ تُسْأَلُونَ عَمَّا كَانُوا يَعْمَلُونَ(141)
dan kamu tidak akan diminta pertanggungan jawab tentang apa yang telah mereka kerjakan.(141) Demikianlah! Dengan berakhirnya uraian ini, maka berakhirlah sudah uraian ayat juz pertama Al-Quran… Kepada Allah SWT juga kita memohon taufiq dan hidayah, wal hamdulillahi Rabbil 'alamin.