Sabtu, 26 September 2015

Becik Ketitik Olo Ketoro, Untaian Kata Penuh Makna



Becik Ketitik Olo Ketoro, Untaian Kata Penuh Makna
Semasa kecil, apalagi masyarakat Jawa pada umumnya sering memberikan petuah kata-kata yang penuh pesan spiritual dan penuh dengan kedalaman makna. Seringkali kita menganggapnya biasa saja, akan tetapi memberikan makna yang tersembunyi dan mendidik diri agar senantiasa belajar dari kata-kata penuh pesan tersebut. Awalnya kata-kata itu amat santer diperdegangarkan dalam bait-bait pesan sang Ibu atau Ayah kepada anaknya, namun lama kelamaan semakin memudar seiring dengan perubahan pola hidup dan melencengnya persepsi tentang kebaikan yang berkembang seiring semakin tumbuhnya penyimpangan diri terhadap kesejatian dan kebaikan budi yang semestinya tetap terpupuk dalam jiwa-jiwa masyarakatnya. Hilangnya eksistensi makna dari petuah-petuah tidak semata-mata karena telah binasanya sebuah budaya ketimuran, yang saya pahami amat beradab, tapi berkaitan dengan lupanya para pemberi petuah untuk mewariskan ilmu kebajikan ini kepada orang-orang di sekelilingnya. Salah satu pepatah yang seringkali terdengar dari Ibu, sosok sederhana yang selalu menginspirasi dan mengejawantahkan setiap ucapan ke dalam sebuah tindakan nyata, kini masih terpatri kuat dalam ingatan dan sanubari betapa masih berharganya ungkapan lama Becik Ketitik Olo Ketoro. Bahwa kebaikan maupun keburukan suatu saat nanti akan terbuka dengan sendirinya, seiring dengan kuasa Tuhan yang berkuasa menunjukkan semuanya di hadapan kita, manusia yang penuh dosa. Betapa ungkapan sekaligus pesan budi Becik Ketitik Olo Ketoro tidak dapat dianggap remeh, karena akhir-akhir ini banyak kasus yang awalnya tertutup rapat harus terbuka lebar seiring dengan semakin terbukanya asas keterbukaan informasi dan kecerdasan penghuni negeri ini. Tidak hanya kasus yang bernilai jutaan, yang bernilai milyaranpun sedikit demi sedikit mulai terkuak, terpecahnya dinding-dinding penutup kebobrokan yang selama ini cukup rapat menyembunyikan bangkai yang amat busuk. Tidak perlu menyebut siapa sebenarnya yang patut mempercayai pesan ini, akan tetapi apa yang selama ini disimpan dengan begitu rapinya, ternyata aromanya pun dapat diendus oleh KPK. Padahal mereka yang terjerat pada mulanya adalah orang yang disegani dan ditakuti bahkan perintahnya selalu diikuti oleh bawahannya. Dan kata-katanya menjadi teladan bagi rekan-rekannya. Tak lupa lembaran-lembaran piagam berjajar dan terpampang di setiap sisi dinding rumahnya, dan tidak hanya itu pujian dan tanda kehormatan yang sepertinya membawanya ke puncak kebesaran harus runtuh dan hancur dalam sekejap ketika Olo nya Ketoro (kejelekannya kelihatan). Kisah terbukanya ke-Olo-an itu tidak berakhir di sini karena dalam setiap tidur malamnya penuh dengan penyesalan dan kedukaan akibat kesalahan yang telah dilakukannya, musti terjerambab ke dalam pusara masalah yang kini tengah menghantui dan menjerat kaki tangannya hingga tak mampu lagi bergerak. Topeng-topeng arjuna yang menyilapkan pandangan mata ketika menutupi wajah Olo nya kini terbuka dan terlihatlah segala keburukan seiring dengan kuasa Tuhan yang menghendaki semuanya terbuka. Semua pepatah, petuah maupun pesan hakekatnya merupakan pengileng-ileng dan pengingat kepada setiap orang atas prilaku dan segala konsekuensinya serta merupakan sebuah jawaban atas segala keluh kesah anak negeri yang menghendaki ke-becik-an ditampakkan seperti cahaya dan ke-olo-an ditampakkan pula seterang-terangnya. Terimakasih Emak, karena petuahmu menjadikan jiwa ini terang benderang laksana mendapatkan cahaya Ilahi yang menunjukkan segala yang tersirat dan tersurat bahkan yang tersembunyi di kedalaman makna.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar