Jumat, 25 September 2015

R. GUNTUR MAHARDIKA: TRADISI PETIK LAUT DI PUGER JEMBER

Pelaksanaan Tradisi Petik Laut di Masyarakat Pugerkulon sepenuhnya tidak
lagi berlangsung sebagaimana era awalnya. Dulu pelaksanaan itu menjadi
milik masyarakat setempat, akan tetapi saat ini telah menjadi milik
daerah kabupaten Jember secara umum, masuk sebagai bagian dari aset
kepariwisataan. Kenyataan ini menumbuhkan pertanyaaan masihkah tradisi
petik laut dihayati dengan semangat yang sama, atau justru telah
mengalami berbagai pendangkalan. Jika puluhan tahun yang lalu, tradisi
ini memiliki implikasi yang positif bagi makin marak dan kondusifnya
situasi keberagamaan Masyarakat Pesisir Pugerkulon, maka belakangan ini,
terkait dengan berbagai kemodernan yang ada, masihkah tradisi itu
memiliki signifikansi positif bagi keberagamaan yang ada? Atau justru
sebaliknya tradisi ini memiliki implikasi buruk bagi keberagamaan yang
ada? Pertanyaan-pertanyaan tersebut layak diajukan manakala, pelaksanaan
tradisi Petik Laut tersebut tidak lagi berlangsung sebagaimana era
awalnya, yang hanya menjadi milik masyarakat setempat, akan tetapi telah
menjadi milik daerah Kabupaten Jember secara umum, masuk sebagai bagian
dari aset kepariwisataan.

Berangkat dari itulah penulis dengan menggunakan metode interview dan
observasi meneliti tentang bagaimana pengaruh tradisi petik laut pada
keberagamaan Masyarakat Pugerkulon. Menurut Peter L. Berger, bahwa
setiap lestarinya sebuah tradisi di masyarakat akan melindungi bagaimana
keberagamaan yang ada di dalam. Namun demikian lama temuan penulis apa
yang dioptimiskan Peter L. Berger ternyata berbeda dengan kenyataan yang
ada di lapangan. Dalam penelitian penulis bahkan menemukan betapa
keberadaan Petik Laut ternyata tidak lagi memiliki pengaruh yang positif
bagi situasi sosial keberagamaan yang ada. Pelaksanaan upacara itu
memang sarat dengan simbol-simbol agama. Akan tetapi nilai-nilai ajaran
adiluhung dalam upacara tersebut tidak lagi teraktualkan dalam hidup
para neleyan. Formalisasi budaya agaknya berimplikasi pula pada
formalisasi keberagamaan, sehingga agama hanya dipahami sebagai ritus
religiusitas, yang itu tidak terkait dengan kehidupan sehari-hari.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar