Setelah membaca buku “Start-up Nations” karya Dan Senor dan Saul Singer, saya ingin berbagi sedikit cerita mengenai sepak terjang Israel di dunia.
Tidak bisa dipungkiri bahwa Israel memainkan peranan penting dalam perkembangan teknologi, pengetahuan dan pergerakan ekonomi di dunia. Hal ini dapat dilihat dari kenyataan bahwa begitu banyak peraih nobel yang berasal dari Israel, begitu banyak perusahaan besar yang bermula dari Israel, dan begitu banyak inovasi teknologi yang berawal dari Israel. Singkat kata Israel saat ini masih menjadi salah satu yang terdepan dalam pergerakan dunia.
Menjadi pertanyaan besar akhirnya ‘Mengapa?’ negara yang begitu kecilnya (Bahkan sebenarnya mereka tidak memiliki wilayah karena keberadaan mereka di sana didapat dengan merebut wilayah palestina) bisa memainkan peranan kunci dalam banyak panggung dunia?
Dalam salah satu paragraf di buku ini menyebutkan bahwa salah seorang pewiraswasta Israel yang selalu berkeliling dunia dalam menjalankan bisnisnya kerap mempresentasikan kehebatan negara Israel dan berkelakar, seandainya saja Israel mengambil strategi pemasaran “Intel Inside”, maka “Israel Inside” ada dimanapun di dunia ini. Mulai dari teknologi komputer, senjata militer, peralatan medis, obat-obatan, teknologi pertanian, mesin kasir, sosial media, dan segala macam hal yang terlibat di dalam kehidupan setiap orang.
Mengawali cerita dengan sejarah Israel, saya tidak akan membahas bagaimana dan apa yang terjadi pada awal mula kemunculan ‘Negara’ Israel di palestina, silahkan anda cari sendiri. Yang ingin saya sampaikan adalah, mungkin banyak dari kita yang tidak mengetahui bahwa mereka pun memperjuangkan batas negara dengan banyak pengorbanan, dalam salah satu baris di buku yang saya baca menyebutkan “proporsi orang Israel yang gugur dalam perang pembentukan negara jauh lebih besar dibandingkan jumlah orang amerika yang gugur dalam perang dunia kedua”. Disana disebutkan bahwa pada awal-awal pembentukan negara Israel, para pengungsi yang baru turun dari kapal di Israel langsung diberikan senapan yang mereka pun tidak tahu bagaimana memakainya, kemudian di kirim ke medan perang untuk memperjuangkan wilayah.
Standar kehidupan Israel pada awal tahun 1950-an sama dengan standar kehidupan orang amerika pada tahun 1800-an, “Kami mendapatkan kupon jatah makanan, hanya ada satu telur untuk satu minggu” kenang salah seorang penduduk Israel.
Keadaan alam Israel sendiri bukanlah sebuah ‘tanah surga’ seperti di Indonesia, Israel adalah tanah gersang tandus yang penuh dengan ratapan. Namun hal ini justru membuat mereka menyadari bahwa satu-satunya sumber daya yang mereka miliki adalah manusianya, sehingga orang-orang Israel yang dengan segala keterbatasan dan pengepungan negara-negara tetangga, harus bertahan. Bertahan atau mati.
Keadaan mendesak ini akhirnya memaksa orang-orangnya untuk bekerja dan belajar lebih keras, mereka harus mampu menaklukkan alam dan mempertahankan wilayah, maka pada awal-awal pembentukan negara Israel, Israel berfokus pada pengembangan teknologi pertanian dan militer untuk mengisi perut masyarakat dan mempertahankan batas wilayah yang akhirnya menjadikan mereka negara terdepan dalam soal teknologi pertanian dan militer. Dengan posisi negara yang dikepung oleh negara-negara musuh, membuat mereka mengalami banyak pemboikotan, kesulitan untuk keluar dari batas negara. Sehingga menimbulkan ‘mental pejuang’ bagi setiap penduduknya yang seakan berkata ‘Semakin keras kalian mengurung kami, maka akan semakin kami tunjukkan bahwa kami dapat keluar’, hal ini dibuktikan dengan keberadaan begitu banyaknya penduduk Israel yang memiliki perusahaan-perusahaan besar di luar Israel terutama di Asia dan Eropa.
Keterasingan mereka di tanah arab membuat teknologi menjadi hal yang harus dapat mereka kuasai untuk menghindari klaustrophobia (rasa ketakutan karena terkurung), ini menjadi motif kuat hingga begitu banyaknya inovasi teknologi dari Israel yang merambah dunia.
Di berbagai tempat di dunia, tim Israel selalu memiliki peranan kunci di dalam banyak perusahaan besar, mereka tidak hanya menjadi karyawan-karyawan biasa tapi selalu menjadi penentu utama sukses atau matinya sebuah perusahaan.
Saya kira sudah cukup untuk menyebutkan segala kehebatan mereka, namun yang ingin saya sampaikan disini adalah, Israel bisa menjadi sehebat itu dikarenakan segala keterpaksaan, segala kondisi yang mengharuskan mereka berkata ‘Berinovasi atau mati’, dimana tidak ada ruang bagi mereka untuk bermalas-malasan atau membuang-buang waktu untuk melakukan sesuatu yang tidak berguna. Kembali kepada diri kita, bagaimana keadaan indonesia?
Tulisan ini tidak berarti menunjukkan dukungan saya yang seorang muslim kepada Israel, sama sekali tidak. Tentu saja hati ini selalu terasa tercabik tiap kali mengetahui betapa kekejaman mereka terhadap kaum muslim palestina sesungguhnya tidak bisa ditoleransi. Namun dari bangsa yang paling kita benci sekalipun, ada hal-hal yang dapat dipelajari. Tujuannya tentu saja hanya satu, agar dari pelajaran itu dapat menjadikan diri kita lebih unggul dari mereka. Curi Ilmu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar