Sabtu, 24 Oktober 2015

PERKEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN IRAN TERCEPAT DI DUNIA ! IRAN PUSAT TEKNOLOGI DI DUNIA ! PERSENJATAAN MILITER IRAN MENCENGANGKAN DUNIA


MENGAPA KITA MENOLAK SYIAH?Perkembangan Ilmu Pengetahuan Iran Tercepat di Dunia ! Iran pusat teknologi di dunia !  Persenjataan Militer Iran mencengangkan dunia

Tauhid Ahlul Bait Mengandung Unsur Sains Iptek Yang Terintegrasi
Republik Islam Iran merupakan satu kekuatan mutlak di kawasan dan dunia Islam
Syi’ah akan maju pesat  karena doktrinnya relevan dengan kemajuan ilmu dan pengetahuan. Sains, kekuasaan dan moralitas sebagai satu kesatuan menurut syi’ah. Tauhid Ahlul Bait Mengandung Unsur Sains Iptek Yang Terintegrasi. Syi’ah mengintegrasikan iptek/sains dan agama
Barat Kaget, Pertumbuhan Sains Iran Melesat
Prestasi Iran di bidang sains dan teknologi mengejutkan banyak kalangan terutama negara-negara Barat. Situs Newscientist baru-baru ini melaporkan publikasi ilmiah Republik Islam itu menduduki posisi tertinggi di dunia.
Saya adalah Ayah dari Pengikut Sunni dan Syiah
Rektor Universitas Al Azhar:
 Saya adalah Ayah dari Pengikut Sunni dan Syiah
“Persatuan kaum muslimin adalah perintah penting dan mendesak dalam Islam dan memang pada kenyataannya kita sangat membutuhkan itu. Dan tanpa adanya persatuan itu, tidak ada hari bagi kita untuk bisa bangkit dan mencapai kejayaan.”
 
upaya keras kelompok Salafi dalam beberapa bulan terakhir di Mesir untuk memecah belah antara Sunni dan Syiah dan menyebar luaskan dakwah mereka bahwa Syiah bukan Islam dan termasuk sebagai golongan kafir tidak membuahkan hasil. Rektor Universitas al Azhar Mesir, Syaikh DR. Ahmad Tayyib untuk kesekian kalinya menyikapi pengkafiran Syiah yang dilakukan kelompok Wahabi/Salafi mengatakan, “Hari ini, kami senantiasa berupaya keras mewujudkan persatuan kaum muslimin, diseluruh negara-negara muslim.  Meskipun sekelompok orang tidak senang dan terus gencar menyebarkan fitnah perpecahan di tubuh kaum muslimin.
Rektor Universitas Al Azhar tersebut melanjutkan, “Persatuan kaum muslimin adalah perintah penting dan mendesak dalam Islam dan memang pada kenyataannya kita sangat membutuhkan itu. Dan tanpa adanya persatuan itu, tidak ada hari bagi kita untuk bisa bangkit dan mencapai kejayaan.”
Berkenaan dengan stasiun-stasiun TV yang gencar menyiarkan program yang menyebut Syiah kafir dan bukan Islam, ulama besar Mesir tersebut mengatakan, “Itu adalah perbuatan dan tindakan yang tidak bisa diterima. Dan sama sekali tidak ada penjelasan dan hujjahnya dari Al-Qur’an, hadits dan Islam.”
“Kami shalat dibelakang Imam jama’ah Syiah dan demikian pula sebaliknya yang dilakukan umat Syiah. Mereka mengimani Al-Qur’an yang sama, dan tidak memiliki Al-Qur’an yang berbeda. Jika mereka memiliki Al-Qur’an yang berbeda, tentu para orientalis akan menjadikan itu sebagai bahan pengkajian dan penelitian mereka dan akan menyampaikan kepada kita secara terbuka.” Lanjutnya.
Lebih lanjut Rektor Al Azhar tersebut menyatakan tidak ada perbedaan antara Sunni dan Syiah yang fundamental yang dapat menjadikan alasan satu sama lain saling mengkafirkan. “Munculnya perbedaan dalam masalah amal, pandangan dalam politik adalah perbedaan dalam masalah ijtihadi. Dan kehadiran Universitas al Azhar adalah mewujudkan persatuan umat Islam ditengah-tengah adanya perbedaan pendapat dalam masalah ijtihadi tersebut. Itulah tujuan asli dari eksistensi Universitas Al Azhar.”
Menyinggung niatnya melakukan perjalanan ke Irak termasuk mengunjungi kota Najaf, beliau mengatakan, “Saya adalah ayah dari pengikut  Sunni dan Syiah, dan insya Allah dalam waktu dekat akan melakukan perjalanan ke Irak dan akan berziarah ke kota Najaf.”

Ekonomi Muqawama, Strategi Iran Melawan Sanksi

Sabtu, 2013 Juli 06 15:22
Bicara tentang kejayaan peradaban Islam di masa lalu, dan juga jatuhnya kemuliaan itu seperti nostalgia. Orang bilang, romantisme sejarah. Tidak apa-apa, terkadang ada baiknya juga untuk dijadikan sebagai bahan renungan. Karena bukankah masa lalu juga adalah bagian dari hidup kita. Baik atau buruk, masa lalu adalah milik kita. Kaum muslimin, pernah memiliki kejayaan di masa lalu. Masa di mana Islam menjadi trendsetter sebuah peradaban modern. Peradaban yang dibangun untuk kesejahteraan umat manusia di muka bumi ini.
Pemerintah Amerika Serikat pada awal Juli 2013 menjatuhkan sanksi baru sepihak untuk memberikan tekanan lebih lanjut terhadap Iran atas program nuklirnya. Sanksi baru itu melarang penjualan dan perdagangan emas dengan Iran, dan menempatkan embargo lebih lanjut tentang pengiriman barang dan kegiatan sektor otomotif. Menteri Keuangan AS Jacob Lew menyebut sanksi Iran saat ini sebagai sanksi terberat yang diberlakukan oleh “masyarakat internasional” dalam sejarah.
Penerapan sanksi-sanksi sepihak dan pembatasan finansial dan perdagangan selalu menjadi salah satu instrumen ilegal kekuatan hegemoni AS untuk menekan Republik Islam Iran sepanjang 34 tahun lalu. Dalam beberapa tahun terakhir khususnya sejak 2012, sanksi-sanksi tersebut semakin diperluas. Salah satu fokus utama sanksi adalah mengembargo industri minyak dan lembaga-lembaga keuangan Iran. Tujuan Washington dari aksi itu adalah untuk menciptakan perpecahan antara rakyat dan pemerintah serta memaksa Iran untuk mengamini ambisi-ambisi Barat.
Namun, Republik Islam Iran dalam 34 tahun lalu telah mengambil pelajaran berharga dalam melawan tindakan-tindakan konfrontatif AS dan juga mencapai keberhasilan yaitu, resistensi terhadap AS. Strategi Republik Islam dalam menghadapi sanksi-sanksi ketat ekonomi adalah mengadopsi kebijakan ekonomi muqawama. Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran atau Rahbar, Ayatullah Sayid Ali Khamenei sejak beberapa tahun lalu berkali-kali menekankan untuk mengadopsi strategi tersebut dalam menghadapi sikap bermusuhan AS.
Ayatullah Khamenei dengan memperhatikan eskalasi tekanan ekonomi AS terhadap Iran, menamakan tahun 1392 Hijriyah Syamsiah sebagai Tahun Epik Politik dan Epik Ekonomi. Penekanan Rahbar untuk merealisasikan epik ekonomi sejalan dengan kebijakan ekonomi muqawama. Ekonomi muqawama adalah sebuah langkah untuk memberi respon proporsional terhadap upaya-upaya musuh guna meminimalisir dampaknya terhadap perekonomian negara. Pada dasarnya, kebijakan ekonomi muqawama bertugas mengidentifikasi target-target tekanan dan kemudian berusaha untuk mengontrol dan membuatnya tidak efektif, dan dalam kondisi ideal, mengubah sanksi menjadi peluang.
Optimisme, partisipasi semua pihak, dan pengelolaan rasional dan bijak adalah prasyarat untuk mencapai tujuan-tujuan kebijakan ekonomi muqawama demi menggagalkan sanksi. Pertahanan delapan tahun bangsa Iran terhadap agresi rezim Saddam Hussein merupakan sebuah teladan bagi dunia tentang bagaimana melawan dan memperoleh kemenangan terhadap skenario Barat dan Timur. Sepanjang Perang Pertahanan Suci, rezim Saddam, Barat, dan Timur telah meremehkan perlawanan rakyat dengan berbagai bentuknya.
Seruan Imam Khomeini ra untuk melawan agresi Saddam dan partisipasi luas rakyat di medan-medan tempur, telah membuat tentara Saddam kelimpungan dan terpaksa mundur ke garis perbatasan internasional. Jika tanpa dukungan AS dan Uni Soviet, tentu saja rezim Saddam sudah tumbang. Rakyat Iran berkali-kali telah menggagalkan kalkulasi AS dan sekutunya dalam tindakan bermusuhan mereka terhadap bangsa ini. Salah satu peristiwa terbaru adalah pelaksanaan pemilu presiden Iran yang berlangsung sukses dan meriah.
Rakyat Iran kembali menunjukkan tentang bagaimana mereka bersatu dan melawan propaganda AS dan Barat terhadap pelaksanaan pesta demokrasi di Republik Islam. Iran sukses menggelar pemilu presiden yang membuat dunia tercengang. Pemilu 4 Juni lalu diselenggarakan dengan meriah dan bebas dan sekali lagi membuktikan tingginya tingkat kepercayaan publik terhadap sistem Republik Islam. Pemerintah-pemerintah Barat sebelumnya berharap pesta demokrasi di Iran akan berujung pada pemberontakan rakyat dan memunculkan kekacauan massal.
Akan tetapi, kompetisi serius di antara para kandidat presiden, antusias warga untuk mengikuti pemilu, dan kearifan mereka untuk memilih, telah merusak semua skenario AS dan musuh-musuh lain bangsa Iran. Oleh karena itu, AS dan pemerintah-pemerintah Barat keliru dalam strategi mereka untuk menekan Iran dengan memperketat sanksi ekonomi dan perdagangan. Tentu saja, tidak dapat dipungkiri bahwa sanksi berpengaruh pada ekonomi dan perdagangan Iran serta penurunan daya beli masyarakat. Namun, rakyat Iran akan kembali menunjukkan tentang bagaimana mengubah ancaman menjadi peluang untuk perkembangan dan kemajuan negara. Ayatullah Khamenei telah menjelaskan strategi-strategi unuk melawan sanksi dan para pejabat lain juga telah membuka jalan untuk merealisasikannya.
Republik Islam Iran memiliki potensi besar dari segi letak geografi, sektor ekonomi, perdagangan, pertanian, sumber-sumber daya alam, jasa, dan sumber daya manusia. Ekonomi muqawama bukan berarti pengetatan ekonomi, tapi pemanfaatan semua potensi untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dan menangkal sanksi serta bergerak menuju kemajuan di berbagai bidang ekonomi dan sains. Kondisi iklim empat musim dan letak geografi memberi peluang kepada Iran untuk menambah produksi hasil pertanian serta memenuhi kebutuhan dalam negeri dan ekspor.
Sektor pertanian memiliki tempat khusus dalam bidang ekonomi dan keamanan pangan. Menurut kebijakan pengembangan ekonomi, sektor pertanian dalam proses pertumbuhan dan perkembangan negara memikul tugas penting dan mendasar. Data terbaru yang dirilis oleh Organisasi Pangan Dunia (FAO) menunjukkan bahwa Iran termasuk salah satu produsen terbesar hasil pertanian di dunia. Iran tercatat sebagai produsen utama kacang pistachio dan produsen kedua kurma di dunia.
Sanksi minyak merupakan sebuah peluang – daripada menjual minyak mentah – untuk mengubahnya menjadi aneka produk petrokimia, bensin, dan produk-produk penting lainnya. Selain menciptakan nilai tambah dan memenuhi kebutuhan dalam negeri, juga dapat mengekspor produk-produk tersebut dengan mudah ke pasar dunia. Ayatullah Khamenei menilai produksi kekayaan melalui sumber-sumber yang energi tak terbarukan seperti minyak adalah penipuan terhadap diri sendiri. Rahbar menegaskan, “Menjual produk mentah adalah warisan tahun-tahun sebelum kemenangan Revolusi Islam dan sangat disayangkan negara saat ini masih tetap terlena dan melakukannya. Harus ada upaya untuk menyelamatkan bangsa Iran dari jebakan ini.”
Dengan memperhatikan pada teknologi canggih dan modern dunia, setiap barel minyak mentah diperdagangkan di pasar dunia minimal 220 dolar dan maksimal 1370 dolar. Republik Islam Iran jika memandang dari perspektif ekonomi muqawama, penjualan minyak mentah dapat dikurangi atau diputus sama sekali untuk memperoleh nilai tambah yang lebih besar. Landasan produksi kekayaan di dunia berhubungan dengan produksi sains dan teknologi serta pemanfaatannya untuk kemajuan, di mana Iran juga telah memperoleh kemajuan besar di kedua bidang tersebut.
Menurut statistik dan indeks dunia, Iran mampu memperoleh peringkat pertama produksi ilmu pengetahuan di kawasan Timur Tengah dan peringkat pertama perkembangan ilmu di dunia. Di tahun 2010 Iran, berhasil menorehkan rekor produksi ilmu pengetahuan dengan jumlah 18.319 bila dibandingkan dengan tahun 1990 dan 2000. Dalam tahun tersebut, jumlah makalah ilmiah di Iran tercatat 186 dan 1387 buah. Maraknya makalah ilmiah di pusat-pusat riset dibanding dengan tahun pertama kemenangan Revolusi Islam menunjukkan pesat lajunya sains di Iran.
Dalam ekonomi muqawama, langkah pertama adalah mengidentifikasi ancaman-ancaman ekonomi musuh dan titik-titik kelemahannya, dan kemudian mencari solusinya dan mencegah dampak-dampak sanksi terhadap masyarakat. Jika tujuan-tujuan ekonomi muqawama terealisasi, maka AS dan sekutunya akan memahami kesalahan besar mereka dalam menghukum Iran. Sebab, sanksi-sanksi itu akan berubah menjadi sebuah peluang berharga untuk kemajuan Republik Islam.
Negara-negara Barat senantiasa melancarkan permusuhan terhadap Iran pasca kemenangan Revolusi Islam. Betapa tidak, mereka kehilangan salah satu antek terbaiknya yang digulingkan oleh rakyat Iran. Sejak itu, Barat melancarkan berbagai aksi untuk menumbangkan Republik Islam Iran yang baru seumur jagung. Negara-negara Barat terutama AS tidak henti-hentinya melancarkan tekanan politik, ekonomi, militer dan propaganda media pasca kemenangan Revolusi Islam.
Negara-negara Barat yang mengklaim sebagai pengusung demokrasi menuding Republik Islam Iran sebagai pemerintahan yang tidak demokratis demi menjustifikasi permusuhannya terhadap bangsa Iran. Padahal selama 34 tahun Iran telah menggelar sebanyak 10 pemilu presiden dan sejumlah pemilu legislatif dengan partisipasi rakyat yang tinggi.
Pada saat yang sama, pemilu yang digelar di negara-negara Barat tidak mendapat sambutan meriah dari rakyatnya sendiri. Selain itu, pemilu presiden di negara-negara Barat semacam AS hanya melibatkan dua kubu, partai Republik dan Demokrat. Sebaliknya di Iran setiap orang berhak untuk mendaftarkan diri dengan antusiasme tinggi sebagai bakal calon presiden, dan hanya yang memenuhi syarat saja yang dinyatakan lolos.
Hingga kini Barat senantiasa memaksakan parameter demokrasi Liberal untuk menilai demokrasi di negara lain. Perbedaan model demokrasi di Iran dan Barat menjadikan alasan bagi mereka untuk menyebut pemerintahan Iran tidak demokratis. Padahal para pemikir Barat sendiri mengkritik model demokrasi Liberal dan mengungkap cacatnya. Kritik paling keras terhadap demokrasi Liberal di era modernisme dewasa ini adalah hilangnya kekuatan rakyat sebagai pemegang kendali. Sebab kekuatan utama kendali telah berpindah dari tangan rakyat ke tangan para Kapitalis melalui mesin industri, finansial dan media mereka. Ketiga faktor itulah yang mengendalikan laju demokrasi Barat.
Berbeda dengan model demokrasi Liberal, Iran menerapkan model demokrasi religius yang berpijak pada suara rakyat dan prinsip-prinsip agama. Di Iran, aspek kebangsaan dan religiusitas bukan hanya tidak bertabrakkan, bahkan saling melengkapi dan menyempurnakan.
Belum genap dua bulan pasca kemenangan Revolusi Islam, partisipasi rakyat kembali menunjukkan kekuatannya di Iran. Sebanyak 98 persen rakyat Iran memilih Republik Islam dalam referendum yang digelar secara demokratis. Gerakan rakyat ini merupakan yang pertama kali dan terbesar dalam sejarah Iran. Fakta itu menunjukkan bahwa rakyat Iran memainkan peran penentu sejak pertama kemenangan Revolusi Islam hingga kini. Jika dibandingkan dengan revolusi-revolusi lainnya, bahkan di Barat sendiri yang sering mengaku sebagai kampium demokrasi, referendum dengan tingkat partisipasi rakyat yang sangat tinggi seperti di Iran tidak terjadi.
Tampaknya penentangan Barat, terutama AS yang dilakukan dalam berbagai bentuk, dari tekanan sanksi hingga ancaman agresi militer terhadap Iran, karena Revolusi Islam mengancam kepentingan ilegal mereka di kawasan Timur Tengah. Ketika Barat menyebut keberadaan pemimpin agama di Iran sebagai kelemahan paling mendasar demokrasi di negara itu, sebenarnya mereka begitu khawatir terhadap pengaruh ulama yang sangat besar bukan hanya di ranah agama tapi masuk ke sektor sosial dan politik. Berkat persatuan nasional yang kokoh di bawah naungan pemimpin agama, Barat gagal membenamkan cakarnya di Iran. Tidak hanya itu, Republik Islam Iran kini menjadi kekuatan baru yang berhasil mengubah perimbangan kekuasaan di kawasan, yang sebelumnya berada dalam cengkeraman Barat.
Keutamaan revolusi Islam Iran dibandingkan revolusi lainnya tampak dari para pemimpinnya. Jika motif kebanyakan pemimpin gerakan revolusi berpijak dari kepentingan ambisi politik dan aspek material, namun Imam Khomeini memandang sebaliknya. Imam Khomeini memimpin revolusi dan memasuki dunia politik karena menjalankan kewajiban agamanya. Dengan demikian, bagi Imam Khomeini yang terpenting adalah menjalankan kewajiban, tidak ada bedanya antara orang memuji maupun menghina atau mengecamnya. Sikap politik Imam Khomeini berpijak dari keimanan yang kokoh dan pengetahuan agama yang dalam disertai keluasan wawasan sosial dan politiknya.
Imam Khomeini meyakini urusan politik tidak terpisah dari agama. Beliau membangun pemerintahan Islam di Iran dengan poros Wilayah al-Faqih. Marja Syiah ini menjadi tokoh ulama yang menyusun teori Wilayah al-Faqih sekaligus menerapkannnya dalam tindakan. Bagi Imam Khomeini, negara dan kekuasaan politik hanya alat untuk mereformasi kehidupan masyarakat. Dengan mengikutinya diharapkan akan terpenuhi kebutuhan material dan spiritual mereka.
Imam Khomeini berulangkali menegaskan legitimasi ilahi dan akseptabilitas rakyat terhadap revolusi Islam dalam Wilayah al-Faqih. Beliau memberikan perhatian khusus terhadap peran rakyat dalam pemerintahan dan bentuk pemilihan  para pemimpinnya. Imam Khomeini berkata, “Di sini (Iran) suara rakyat yang memerintah. Bangsalah yang memerintah. Mereka juga yang menentukan pemerintahan. Kita tidak diperbolehkan untuk berkhianat terhadap rakyat.”
Imam Khomeini merupakan pemimpin khusus dalam revolusi yang juga khusus. Seorang pembaharu dengan pemikiran yang mendunia. Beliau berbeda dengan kebanyakan pemimpin kharismatik lainnya yang terbatas di lingkaran kecil kelompok, suku, partai maupun kelas khusus saja.
Imam memiliki pengaruh yang luas dan dalam di tengah masyarakat Iran, dunia Islam serta bangsa-bangsa tertindas di dunia. Tom Fenton, seorang jurnalis AS sebelum kemenangan revolusi Islam Iran pernah mewawancarai Imam Khomeini di Prancis. Fenton menuturkan kesannya dalam pertemuan dengan Imam Khomeini, “Ketawadhuan, kesederhanaan dan karisma tinggi Imam Khomeini menjadikan beliau sebagai pemimpin paling transenden di abad 20. Tanpa diragukan lagi beliau adalah tokoh dan pemimpin paling berpengaruh sepanjang hidup saya sebagai jurnalis. Tokoh kharismatik dan berpengaruh merupakan karakteristik utama beliau,”. Pemikiran Imam Khomeini dalam sejarah tetap lestari dan abadi hingga kini.  Mungkin inilah yang dimaksud Ayatullah Sayid Ali Khamenei, “Imam Khomeini sebuah hakikat yang senantiasa hidup,”.

Kumano: Kemajuan Ilmu-Pengetahuan Iran Mengagumkan

Rabu, 2012 Oktober 03 16:23
Dubes Jepang untuk Iran menilai  kemajuan ilmu pengetahuan yang terjadi di Republik Islam beberapa tahun terakhir positif dan mengagumkan.
Kinichi Kumano dalam sebuah pertemuan di kampus Universitas Shiraz mengatakan, perkembangan ilmu-pengetahuan yang terjadi bersandar kepada SDM, industri, produksi dan lembaga-lembaga keilmuan, IRNA (2/10) melaporkan.
Menurutnya Iran memiliki sumber daya yang kaya dan masih asli di berbagai bidang, negara ini juga memiliki banyak kapasitas untuk pembangunan. Ia menyampaikan kesiapannya untuk berbagi pengalaman kesuksesan yang telah diraih negaranya dengan mahasiswa dan para peneliti Iran.
Mantan penasehat senior Jepang Yukio Okamoto juga menilai positif kondisi pendidikan dan SDM berpendidikan di Iran. Dengan perencanaan, kondisi ini dapat ditingkatkan, sambungnya.
Yukio menambahkan, mengingat kondisi Jepang pasca PD II, faktor-faktor penting pertumbuhan pesat negara ini di berbagai bidang keilmuan dan teknologi adalah investasi pada SDM, perhatian serius terhadap budaya menghargai waktu dan etika kerja.
Faktor lain pertumbuhan ekonomi dan industri Jepang adalah tidak menggeluti industri militer dan berkonsentrasi pada industri produk-produk umum seperti otomotif.
Bersandar pada industri tradisional adalah pengalaman Jepang dalam percepatan pertumbuhan ekonominya, tambahnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar